SOSIAL MEDIA

facebookgoogle plusemail

Featured Posts

GALERI FOTO BPH SULTRA

Sabtu, 23 November 2013

Membangun Keharmonisan Dengan Bhakti Marga Yoga


I Nengah Sumendra, S.Ag, M.Fil.H
Om Dyauh santir antariksam santih,
Prthivi santir apah santir,
Osadhayah santih vanaspatayah santir,
Visve devah santir brahma santih,
Sarvam santih santir eva santih,
Sa ma santir edhi”.
Terjemahannya.
Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, anugrahkanlah kedamaian di langit, damai di angkasa, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta. Semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami”(Yayur Veda, XXXVI.17).

Merujuk mantra kitab Yayur Veda di atas, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa secara vertikal maupun horizontal umat manusia sebenarnya merindukan sebuah keseimbangan atau keharmonisan dalam hidup ini, dengan memohon sebuah anugrah kedamaian kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bahkan anugrah itu dimohonkan bukan saja untuk diri manusia itu tetapi kepada seluruh sekalian alam semesta. Yang menjadi sebuah pertanyaan sekarang, apakah umat manusia sudah mampu mewujudkan kerinduannya untuk mencapai kedamaian/keharmonisan itu ?....

Rabu, 20 November 2013

Dewa Siwa (Perusak Atau Pelebur)

I Nyoman Suweta, S.Ag
Di sebuah sekolah menengah pertama di Kota Bau-bau, beberapa siswa melapor bahwa seorang oknum guru mengajar IPS terpadu, mengatakan bahwa Dewa Siwa dalam agama Hindu sebagai Dewa perusak, hal ini didasarkan pada buku paket yang mereka gunakan. Sontak saja siswa yang beragama Hindu protes, yang membuat kita miris dan prihatin kenapa kurikulum yang nyata mendeskreditkan agama Hindu bisa lolos seleksi dari Dinas. Ini sudah tidak sesuai dengan UU sisdiknas. Tak kalah terkejutnya pula saya membaca makalah mahasiswa Hindu yang di dalamnya juga termuat bahwa Dewa Siwa adalah Dewa Perusak, saya bisa menebak isinya pastilah copasan dari internet atau lainnya yang tidak bersumber dari sumber original agama Hindu. Penghinaan terhadap agama Hindu seakan sudah lumrah dalam pergaulan sosial keagamaan, mungkin ini adalah sebuah tuduhan yang tidak berdasar atau mungkin sebuah kesengajaan untuk tetap menjaga keunggulan agama tertentu dengan merendahkan agama Hindu berarti meninggikan agama tertentu. Lalu bagaimana sebenarnya? Dalam kosmologi agama Hindu yang bersifat siklis, semesta dan isinya mengalami tiga tri kona yaitu penciptaan, pemeliharaan dan peleburan. Dalam fungsi ini

Selasa, 19 November 2013

Pengabenan Masal Di Jati Bali


            Jumat 3 Agustus 2012 di Desa Jati Bali, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, bertempat di lapangan terbuka (yang dijadikan Bangsal Pengabenan) hadir di tengah-tengah masyarakat Hindu yang melaksanakan Pengabenan Masal atas undangan Panitia yaitu Ida Pedanda Gde Bang Buruan Manuaba bersama Istri dan Ketua PHDI Prov. Bali yaitu Dr. I Gusti Ngurah Sudianan, M.Si yang diundang secara khusus untuk memberikan Dharma Wacana seputar makna dan filosofi serta dudonan upacara Pengabenan, para narasumber juga di dampingi oleh Ida Na Lingsir dari Jati Bali Ida Pandita Mpu Sidhi Prateka bersama istri, Ketua PHDI Prov. Sultra (DR. Ir. I Ketut Puspa Adnyana, MTP), Ketua PHDI Kab. Konawe Selatan (I Wayan Cangker, SE) dan Ketua Panitia Pengabenan, I Ketut Widastra, dan Panitia lainnya. Informasi yang kami terima bahwa jumlah sawa yang di Aben pada berjumlah 146 Sawa.

Makna Puja Tri Sadndya

Puja Tri Sandhya:
Sekilas Makna Yang Terkandung Didalamnya*
Kadek Yogiarta**
Badan Penyiaran Hindu Prov. Sultra
Ananyas cintayanto mam
Ye Janah Paryupasyate, Tesam niktyam byuktaman
Yoga Ksama Wahami aham, (Bhagawadgita, Bab IX.22)
Terjemahannya:
Mereka yang Memuja Aku sendiri, mengingat Aku selalu,
kepada mereka akan Aku bawakan apa yang mereka perlukan dan
 akan Aku lindungi apa yang mereka miliki

Pendahuluan
Istilah Tri Sandhya bagi umat Hindu bukan sesuatu hal yang baru, akan tetapi sadhana ini atau praktek agama ini telah dilaksanakan tentunya dalam kehidupan umat beragama Hindu bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi dikalangan sebagian umat Tri sandhya belum menjadi pembiasaan atau

Pembinaan Umat di Puupi, Konawe Utara

Suasana Dharma Tula
Minggu, 17 november 2013, rahina purnama kelima, di laksanakan kegiatan pembinaan umat oleh PHDI Sultra, melalui Badan Penyiaran Hindu Sulawesi Tenggara, bertempat di Desa Puupi, Kecamatan Sawa, Kabupaten Konawe Utara.

Minggu, 17 November 2013

Siaran Mimbar Agama Hindu di RRI Kendari

Suasana Siaran Mimbar di RRI Kendari
Siaran Mimbar Agama Hindu, di RRI Kendari, mengudara setiap hari selasa jam 19.30, dilaksanakan oleh Badan Penyiaran Hindu Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan durasi waktu 20 menit dan telah terlaksana dengan intensif. Bagi Umat Hindu yang ada di Wilayah Sulawesi Tenggara, siaran Mimbar Agama Hindu, dapat di tangkap melalui programa 1 RRI Kendari pada prekuensi 96.6 MHZ pada Gelombang FM Streo, dan MW. Siaran Mimbar Agama Hindu, di isi Oleh Nang Bagia, Sekretaris Badan Penyiaran Hindu Provinsi Sulawesi Tenggara..

Sabtu, 20 Oktober 2012

Pergaulan Dalam Hindu

Manusia dikatakan sebagai mahkluk individu dan juga sebagai mahkluk social. Sebagai mahkluk social manusia memerlukan hubungan dengan sesamanya, karena manusia tidak akan mungkin hidup sendirian. Betapapun kaya nya, manusia itu, betapapun kuatnya, betapapun pintarnya, ia pasti memiliki kekurangan, kekurangan itulah yang dilengkapi oleh sesamanya atau oleh sesamanya. Untuk  dapat dilengkapi itu, manusia harus melakukan pendekatan, pendekatan untuk membangun hubungan yang baik, berupa pergaulan. Ajaran Hindu, mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa mengembangkan dan membangun hubungan yang baik, bergaul yang baik, menjalin persahabatan sebagai bentuk kebersamaan guna mewujudkan cita-cita berupa kesejahteraan bersama.