DR.Ir. IKetut Puspa Adnyana, M.TP |
PENGANTAR
Perubahan adalah sesuatu yang kekal di dunia ini demikian penjelasan
filsafat hidup, kalau tidak berubah tentunya melawan kodrat hidup dan hukum
Tuhan. Demikian halnya sejarah masa lalu dimana Hindu pernah mencapai puncak
kejayaannya pada zaman keemasan kerajaan Majapahit, apakah Hindu akan bangkit
lagi dan mencapai zaman keemasannya itu lagi, apakah keemasan Hindu hanya dapat
kita lihat di Bali saja sekarang? Mari kita mencoba berencana menyongsong
keemasan itu lagi dalam sebuah Grand Design di pulau selebes (sulawesi)
khususnya di Sulawesi Tenggara. Untuk merencanakan dan mewujudkan
cita-cita
serta harapan dengan melihat berbagai potensi dan peluang yang ada. Bagaimana umat Hindu di
Sulawesi Tenggara terkini? dan apa harapan yang diinginkan sampai di Tahun
2050, kita mencoba sesaat untuk memejamkan mata, seraya melepaskan lelah dengan
sebuah ilusi mimpi dan khayalan untuk mewujudkan cita-cita mulia yaitu Hindu
Sulawesi Tenggara yang humanis, sejahtera dan provesional di tahun 2050. Diawali dengan sebuah pertanyaan, apakah umat Hindu di Indonesia secara
umum pernah mendengar keberadaan umat Hindu di pulau Sulawesi (Celebes) dan
secara khusus Provinsi di Sulawesi Tenggara? Apakah umat Hindu di Indonesia
tidak ingin mengetahuinya? Apakah juga umat Hindu yang berdomisili di Sultra
mengetahui sesungguhnya keberadaanya, dan pernah memikirkan potensi yang
dimilikinya? Apakah benar Sulawesi Tenggara akan menjadi pusat perkembangan
Hindu kedua setelah Bali? Apakah dalam kancah Nasional umat Hindu di Sulawesi
Tenggara pernah diperhitungkan? dan tentunya masih sangat jelas dalam ingatan
bersama bahwa pelaksanaan Utsawa Dharma Gita tingkat Nasional X tahun 2008 yang
sukses terselengara dimana? Pasti umat Hindu di Indonesia akan mengatakan
”sudah pasti di Sulawesi Tenggara” atau di bumi anoa tercinta, dengan ciri masyarakat
yang terkenal dengan sebutan Pan Putulaki alias Tolaki.
II. PEMBAHASAN
Bila kita menerawang bak orang
pintar (balian) secara seksama nampak secara defakto, bahwa sesungguhnya
potensi Hindu di Sulawesi Tenggara sangat besar, mengapa besar karena saat ini
umat Hindu di Sulawesi Tenggara bermukim pada 10 Kabupaten/Kota yang ada di
Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kabupaten Konawe, Konawe
Utara, Konawe Selatan, Kolaka, Buton, Muna, Buton Utara, Bombana, tersebar dan
mendiami lebih dari 200 desa/kelurahan dengan jumlah umat Hindu adalah 10
persen dari sekitar 2,3 juta penduduk Sulawesi Tenggara, yang secara ril
merupakan pemeluk agama kedua terbesar setelah pemeluk Islam. Keberadaan umat Hindu di Sulawesi Tenggara saat ini secara ekonomi semakin baik dan
merata, karena telah tinggal selama 30 tahun lebih menjadi warga transmigrasi, yang tetap tekun melaksanakan keberagamaan Hindu dengan bingkai
lascarya di setiap ranah pelaksanaan
yadnya, dan tidak pernah terdengar di telinga bahwa umat Hindu di Sulawesi
Tenggara sebagai penyebab disharmoni selama ini. Dengan melihat potensi umat yang ada sekarang,
tidak ada salahnya kalau kita membuka kelopak mata, mengedipkannya dan
melebarkan sesaat daun telinga untuk secara bersama-sama melihat peluang emas
di tengah ladang garapan yang luas dan subur itu. Dengan kondisi umat yang ada,
sudah pastinya harapan kita tidak muluk-muluk karena berdasarkan kenyataan,
peluang dan potensi umat Hindu yang ada. Hayalan yang super tinggi itu
jauh-jauh hari kita tancapkan untuk dapat men starter nya dari sekarang
sehingga puncak finis sejarah kejayaan di tahun 1950 dapat di wujudkan. Apa
saja harapan Hindu Sulawesi Tenggara sampai di tahun 1950 nanti? Bagaimana
potret Hindu Sultra yang kita inginkan dengan modal yang telah ada ini? Bagi
yang fesimis pasti mengatakan angkuh dan sombong, akan tetapi bagi yang
offtimis pasti mengatakan itu sudah pasti menjadi kenyataan! Namanya sebuah
harapan dan cita-cita yang dibarengi hayalan boleh dan syah-syah saja, yang
penting tidak ada yang iri dan tentunya tidak ada yang cemburu, iri dan cemburu
merupakan jentik penghambat kemajuan. Hanyalan itu merupakan sebuah bibit atau
benih untuk motivasi sehingga lahir produk unggul yang dapat bermanfaat untuk
kita semua.
Harapan yang pertama yang diinginkan Hindu di Sulawesi Tenggara tahun
1950 adalah peningkatan Sumber Daya Manusia, seperti; 10 persen umat Hindu di
Sultra adalah pengusaha sukses, 10 persen berpendidikan tinggi, 3 persen PNS, 1
persen miskin, secara Nasional memiliki keterwakilan: 2 legisltaif, 2 senator,
di tingkat Provinsi: 2 di eselon II, 3 persen menjadi PNS, 50 umat Hindu di
Sultra menjadi tenaga dosen bergelar Doktor, 25 profesor, 10 orang dokter
spesialis, memiliki keterwakilan di setiap Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Secara ekonomi di tahun 1950 umat
Hindu di Sultra diharapkan memiliki aset kekayaan dan aset lembaga yang
melimpah minimal 10 T, memiliki pelaba pura 1000 ha, memiliki pendapatan rata-rata 5 kali PDRB
perkapita, memiliki yayasan pendidikan yang
berkualitas dari TK, SD, SMP, SMA dan PT, adanya Bank Perkreditan Rakyat 5 buah, telah mampu memiliki Rumah Sakit Umum berkualitas sebanyak 3 buah yang tersebar di tiga
Kabupaten/Kota, dan seluruh umat Hindu sebagai
peserta asuransi jiwa dan kesehatan.
Dari segi Sosial-Budaya, umat Hindu di Sulawesi Tenggara diharapkan
memiliki Pura pada setiap desa dengan kualitas standar dan megah, diharapkan
berkembangnya pesantian di setiap Desa. Selalu menduduki 3 besar dalam setiap
ivent keagamaan di tingkat Nasional. Minimal umat Hindu di Sultra memiliki 5
buah pustaka suci di setiap rumah tangga Hindu, setiap remaja Hindu menamatkan
membaca 2 pustaka suci utama seperti: Bhagawad Gita dan Saracamuccaya. Dalam
ranah Spritual umat Hindu di Sultra di tahun 1950 diharapkan memiliki 40 orang
pandita terdidik minimal master agama, adanya sebuah maha asrham yang menjadi
pusat pengkajian Hindu, berdiri dan hadirnya pasraman berkulitas pada setiap
desa, The Hindu Centre yang menjadi andalan pusat diskusi Hindu, dan terwujudnya
kehidupan beragama yang santih (intern dan ekstern), serta sampradaya yang
semakin berkualitas. Di Tahun 2050 kondisi pemerintah dan kemasyarakatan adalah
adanya Kerukunan yang kondusif antar umat beragama (paling tidak, bukan sebagai
penyebab disharmoni), yang di mulai Dari Sueca-Bakti ke Tresna-Asih. Mendapat
fasilitasi dan perlindungan dari pemerintah pada berbagai aspek kehidupan.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya kita harus dapat menguji secara
klinis dengan sebuah analisis yang sudah terkenal sangat manjur yaitu analisis
SWOT. Diawali dengan Strenght yaitu kekuatan umat Hindu di Sulawesi
Tenggara. Bagaimana kekuatan umat Hindu di Sulawesi Tenggara itu, jawabanya
jelas jumlah penganut nomor dua terbesar, memiliki motivasi yang tinggi selaku
pekerja keras, jujur, sabar dan hemat yang merupakan identitas Hindu Bali
sebagai aflikasi ajaran karma marga dari penganut ajaran sanatana Dharma. Telah
memiliki pengalaman dalam mengadopsi budaya lokal karena telah tinggal sudah 40
tahun lebih. Selalu mencerminkan perilaku hidup yang sesuai dengan potensi
daerah (ekonomi dan budaya). Umat Hindu di Sulawesi tenggara terkenal mudah
bergaul dan mudah berasimilasi, kemudian dalam ranah agama terpuji sebagai
penganut agama yang taat dan kompak serta nrimo.
Setelah
mengetahui kekuatan yang unggul tentunya dalam hukum binari atau rwa bhineda
tentunya juga terdapat kelemahan, (weeknesess) umat Hindu di Sulawesi Tenggara
diantaranya, cenderung imperior (koh ngomong), kurang kokoh secara
intern, senantiasa mengedepankan perasaan, kurang belajar, dan sulit untuk
berubah. Kemudian secara turun temurun umat Hindu di Sultra kurang percaya pada
lembaga dana, dapat menilai atau memvonis terlalu cepat, kaku dan percaya diri
rendah, mudah curiga dan berprasangka secara intern, dan sebaiknya secara
ekstern, serta kurang kompak secara sosial. Kemudian Peluang (opportunities)
dapat diketahui berupa, penerimaan secara ekstern, potensi ekonomi secara umum,
dukungan dan fasilitasi pemerintah, ketersedian hukum dan peraturan
perundangan, pendidikan dan teknologi semakin maju, demokrasi semakin baik.
Kemudian secara klinis ancaman (threat): diantaranya, narkoba, pergaulan
bebas, altruis dari setiap kelompok budaya yang terus berbenah, demokrasi
praktis, dan kepentingan sesaat, serta konversi agama
Untuk itu Visi umat Hindu di Sultra di tahun 2050 adalah terwujudnya Umat
Hindu yang humanis, sejahtera dan profesional. Humanis adalah menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi hubungan
sosial yang berimbang, sejahtera berupa
pendapatan cukup (kelompok 40 persen) dengan memiliki sraddha dan bhakti. Profesional yaitu pendidikan cukup, pekerja keras, pengembangan diri
terus menerus, advokasi dan mendorong kemajuan sesama.
Sebagaimana amanat kitab Sarasamuccaya 27, “Karenanya
perilaku seseorang; hendaklah digunakan sebaik-baiknya masa muda, slagi badan
sedang kuatnya, hendaklah digunakan untuk usaha menuntut dharma, artha dan
ilimu pengetahuan, sebab tidak sama kekuatan orang tua dengan kekuatan anak
muda, contohnya ialah seperti ilalang yang telah tua itu menjadi rebah, dan
ujungnya itu tidak tajam lagi”. Kemudian untuk memperoleh visi tersebut
tentunya harus dilakukan dengan gerakan dengan menggunakan amunisi yang tepat
agar mengenai sasaran dalam bentuk sebuah misi, yaitu: Peningkatan Sraddha dan
Bhakti umat Hindu, peningkatan ekonomi dan peningkatan pendidikan umat Hindu
pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Strategi
meningkatkan kualitas dan kuantitas pembina umat Hindu, yaitu meningkatkan
kesempatan berusaha dan pengembangan ivestasi serta lembaga ekonomi dan sosial
umat Hindu yang ada di Sultra, mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan dan
kependidikan Hindu. Tujuan meningkatkan moral dan budi pakerti umat Hindu adalah dengan meningkatkan swadana dan
jiwa wirausaha (Interpreneurship) umat Hindu, meningkatkan kualitas,
ketangguhan dan daya saing umat Hindu pada berbagai aspek. Program dan kegiatan peningkatan sraddha dan
Bhakti umat Hindu berupa; kegiatan pediksaan 100 orang pandita, penyediaan
pustaka Suci 5 buah pada setiap rumah tangga, pembangunan pura dan ashram, pembentukan
dan penumbuhan dharma gita. Program
Peningkatan ekonomi Umat Hindu yaitu pelaksanaan IWUH (iyuran wajib umat Hindu)
dan dana punya secara konsisten, pembentukan BPR dan koperasi pada setiap
kabupaten/kota dan kecamatan, Pembentukan Rumah Sakit, hotel dan jasa lainnya, pemasaran bersama, penyediaan saprodi dan
bibit unggul. Penerapan manajemen bisnis/modern dalam pengelolaan aset dan
potensi lembaga. Program peningkatan pendidikan umat Hindu adalah dengan
cara pendidirian yayasan pendidikan, peningkatan pendidikan formal dan non
formal umat Hindu dan penyediaan beasiswa pada setiap jenjang pendidikan, dan
peningkatan pendidikan politik umat Hindu,
Dengan sebuah
motto umat Hindu
Sulawesi Tenggara yang bermoral dalam kekaryaan, dermawan dalam
persahabatan, jujur dan tulus mewujudkan kebahagian bersama. Untuk
mewujudkan motto tersebut apa yang diperlukan?? Ini yang mesti direnungkan,
diapresiasi dan diaktualisasikan dalam sebuah action oleh seluruh lapisan umat
Hindu di Sulawesi Tenggara yaitu terwujudnya konsolidasi umat dari tingkat Desa
sampai ke Provinsi, terkumpulnya modal dan pendanaan yang kuat, adanya pengembangan manajemen modern, dan yang
terpenting adalah umat Hindu di Sultra harus siap secara mental untuk berubah,
serta tidak kalah ketinggalan sebagai garda terdepan adalah adanya pemimpin
umat yang visioner. Untuk melancarkan hanyalan tersebut tahapan pencapain
Grand Design adalah: tahap pemantapan (2011-2021, tahap gerakan
(2012-2032, tahap kemapanan (2033-2043), tahap pencerahan (2043-2050), tahap
paripurna (2050-seterusnya):
Untuk mencapai
keberhasilan itu tentunya tidaklah mudah, berbagai hambatan dalam bentuk
puing-puing rintangan dan cobaan pasti datang menghadang sebagai ujian dalam
meraih keberhasilan dan kesuksesan itu. Hambatan yang terjadi di tahun 2050
diantaranya, persaingan mendapatkan figur pemimpin, dari tresna-asih ke
sueca-bakti, menurunnya kepercayaan umat akibat manajemen yang tidak bersih,
adanya motiv pribadi, perkembangan lembaga tidak seimbang dengan peningkatan
SDM, dan terjadinya kecemburuan sosial.
Bagaimana profil manusia Hindu yang menjadi impian dalam menyongsong
Hindu Sulawesi Tenggara di Tahun 2050?? Untuk panduan jawaban adalah, Sri
Krisna adalah manusia utama, Gayatri Mantram adalah mantram utama, Madu adalah
rasa manis utama, Homa Yadnya adalah yadnya utama, Bhagawad Gita adalah gita
yang utama. Manusia utama adalah manusia yang memiliki artha dan menguasai ilmu
pengetahuan. Jadi pemimpin yang dibutuhkan oleh umat Hindu di Sulawesi
Tenggara adalah pemimpin yang memiliki ilmu pengetahuan, penuh wibawa dan
bijaksana, dilengkapi harta dengan ciri kedermawanan serta memiliki semangat
ngayah yang tinggi. Untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan itu, tentunya
harus dimulai dengan usaha yang gigih, karma baik dan penciptaan
lingkungan yang kondusif dengan terkonsolidasinya umat Hindu di Sulawesi
Tenggara dengan baik.
III. PENUTUP
Demikian sekilas mimpi indah dan hayalan kelas tinggi yang dituangkan
dalam Grand Design Hindu Sulawesi Tenggara 2050. Semoga dapat memberikan sebuah
gambaran singkat tentang peluang dan potensi umat Hindu di Sulawesi Tenggara
saat ini dan yang akan datang, yang jika di potensialkan akan menjadi gaung dan
gema Hindu terbesar kedua setelah pulau dewata Bali dan akan menjadi kebanggaan
tersendiri bagi seluruh umat Hindu di Indonesia. Semoga tercapai cita-cita,
harapan dan tujuan terwujudnya Hindu humanis, sejahtera dan profesional dalam nuansa santih dan jagadhita di
Sulawesi Tenggara 2050.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar