Kamis, 04 Oktober 2012

Grand Design Hindu Sultra 2050

DR.Ir. IKetut Puspa Adnyana, M.TP
PENGANTAR
Perubahan adalah sesuatu yang kekal di dunia ini demikian penjelasan filsafat hidup, kalau tidak berubah tentunya melawan kodrat hidup dan hukum Tuhan. Demikian halnya sejarah masa lalu dimana Hindu pernah mencapai puncak kejayaannya pada zaman keemasan kerajaan Majapahit, apakah Hindu akan bangkit lagi dan mencapai zaman keemasannya itu lagi, apakah keemasan Hindu hanya dapat kita lihat di Bali saja sekarang? Mari kita mencoba berencana menyongsong keemasan itu lagi dalam sebuah Grand Design di pulau selebes (sulawesi) khususnya di Sulawesi Tenggara. Untuk merencanakan dan mewujudkan
cita-cita serta harapan dengan melihat berbagai potensi dan peluang yang ada. Bagaimana umat Hindu di Sulawesi Tenggara terkini? dan apa harapan yang diinginkan sampai di Tahun 2050, kita mencoba sesaat untuk memejamkan mata, seraya melepaskan lelah dengan sebuah ilusi mimpi dan khayalan untuk mewujudkan cita-cita mulia yaitu Hindu Sulawesi Tenggara yang humanis, sejahtera dan provesional di tahun 2050. Diawali dengan sebuah pertanyaan, apakah umat Hindu di Indonesia secara umum pernah mendengar keberadaan umat Hindu di pulau Sulawesi (Celebes) dan secara khusus Provinsi di Sulawesi Tenggara? Apakah umat Hindu di Indonesia tidak ingin mengetahuinya? Apakah juga umat Hindu yang berdomisili di Sultra mengetahui sesungguhnya keberadaanya, dan pernah memikirkan potensi yang dimilikinya? Apakah benar Sulawesi Tenggara akan menjadi pusat perkembangan Hindu kedua setelah Bali? Apakah dalam kancah Nasional umat Hindu di Sulawesi Tenggara pernah diperhitungkan? dan tentunya masih sangat jelas dalam ingatan bersama bahwa pelaksanaan Utsawa Dharma Gita tingkat Nasional X tahun 2008 yang sukses terselengara dimana? Pasti umat Hindu di Indonesia akan mengatakan ”sudah pasti di Sulawesi Tenggara” atau di bumi anoa tercinta, dengan ciri masyarakat yang terkenal dengan sebutan Pan Putulaki alias Tolaki.

II. PEMBAHASAN
Bila kita menerawang bak orang pintar (balian) secara seksama nampak secara defakto, bahwa sesungguhnya potensi Hindu di Sulawesi Tenggara sangat besar, mengapa besar karena saat ini umat Hindu di Sulawesi Tenggara bermukim pada 10 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Kolaka, Buton, Muna, Buton Utara, Bombana, tersebar dan mendiami lebih dari 200 desa/kelurahan dengan jumlah umat Hindu adalah 10 persen dari sekitar 2,3 juta penduduk Sulawesi Tenggara, yang secara ril merupakan pemeluk agama kedua terbesar setelah pemeluk Islam. Keberadaan umat Hindu di Sulawesi Tenggara saat ini secara ekonomi semakin baik dan merata, karena telah tinggal selama 30 tahun lebih menjadi warga transmigrasi, yang tetap tekun melaksanakan keberagamaan Hindu dengan bingkai lascarya di setiap ranah pelaksanaan yadnya, dan tidak pernah terdengar di telinga bahwa umat Hindu di Sulawesi Tenggara sebagai penyebab disharmoni selama ini. Dengan melihat potensi umat yang ada sekarang, tidak ada salahnya kalau kita membuka kelopak mata, mengedipkannya dan melebarkan sesaat daun telinga untuk secara bersama-sama melihat peluang emas di tengah ladang garapan yang luas dan subur itu. Dengan kondisi umat yang ada, sudah pastinya harapan kita tidak muluk-muluk karena berdasarkan kenyataan, peluang dan potensi umat Hindu yang ada. Hayalan yang super tinggi itu jauh-jauh hari kita tancapkan untuk dapat men starter nya dari sekarang sehingga puncak finis sejarah kejayaan di tahun 1950 dapat di wujudkan. Apa saja harapan Hindu Sulawesi Tenggara sampai di tahun 1950 nanti? Bagaimana potret Hindu Sultra yang kita inginkan dengan modal yang telah ada ini? Bagi yang fesimis pasti mengatakan angkuh dan sombong, akan tetapi bagi yang offtimis pasti mengatakan itu sudah pasti menjadi kenyataan! Namanya sebuah harapan dan cita-cita yang dibarengi hayalan boleh dan syah-syah saja, yang penting tidak ada yang iri dan tentunya tidak ada yang cemburu, iri dan cemburu merupakan jentik penghambat kemajuan. Hanyalan itu merupakan sebuah bibit atau benih untuk motivasi sehingga lahir produk unggul yang dapat bermanfaat untuk kita semua.
Harapan yang pertama yang diinginkan Hindu di Sulawesi Tenggara tahun 1950 adalah peningkatan Sumber Daya Manusia, seperti; 10 persen umat Hindu di Sultra adalah pengusaha sukses, 10 persen berpendidikan tinggi, 3 persen PNS, 1 persen miskin, secara Nasional memiliki keterwakilan: 2 legisltaif, 2 senator, di tingkat Provinsi: 2 di eselon II, 3 persen menjadi PNS, 50 umat Hindu di Sultra menjadi tenaga dosen bergelar Doktor, 25 profesor, 10 orang dokter spesialis, memiliki keterwakilan di setiap Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Secara ekonomi di tahun 1950 umat Hindu di Sultra diharapkan memiliki aset kekayaan dan aset lembaga yang melimpah minimal 10 T, memiliki pelaba pura 1000 ha, memiliki pendapatan rata-rata 5 kali PDRB perkapita, memiliki yayasan pendidikan yang berkualitas dari TK, SD, SMP, SMA dan PT, adanya Bank Perkreditan Rakyat 5 buah, telah mampu memiliki Rumah Sakit Umum berkualitas sebanyak 3 buah yang tersebar di tiga Kabupaten/Kota, dan seluruh umat Hindu sebagai peserta asuransi jiwa dan kesehatan.
Dari segi Sosial-Budaya, umat Hindu di Sulawesi Tenggara diharapkan memiliki Pura pada setiap desa dengan kualitas standar dan megah, diharapkan berkembangnya pesantian di setiap Desa. Selalu menduduki 3 besar dalam setiap ivent keagamaan di tingkat Nasional. Minimal umat Hindu di Sultra memiliki 5 buah pustaka suci di setiap rumah tangga Hindu, setiap remaja Hindu menamatkan membaca 2 pustaka suci utama seperti: Bhagawad Gita dan Saracamuccaya. Dalam ranah Spritual umat Hindu di Sultra di tahun 1950 diharapkan memiliki 40 orang pandita terdidik minimal master agama, adanya sebuah maha asrham yang menjadi pusat pengkajian Hindu, berdiri dan hadirnya pasraman berkulitas pada setiap desa, The Hindu Centre yang menjadi andalan pusat diskusi Hindu, dan terwujudnya kehidupan beragama yang santih (intern dan ekstern), serta sampradaya yang semakin berkualitas. Di Tahun 2050 kondisi pemerintah dan kemasyarakatan adalah adanya Kerukunan yang kondusif antar umat beragama (paling tidak, bukan sebagai penyebab disharmoni), yang di mulai Dari Sueca-Bakti ke Tresna-Asih. Mendapat fasilitasi dan perlindungan dari pemerintah pada berbagai aspek kehidupan.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya kita harus dapat menguji secara klinis dengan sebuah analisis yang sudah terkenal sangat manjur yaitu analisis SWOT. Diawali dengan Strenght yaitu kekuatan umat Hindu di Sulawesi Tenggara. Bagaimana kekuatan umat Hindu di Sulawesi Tenggara itu, jawabanya jelas jumlah penganut nomor dua terbesar, memiliki motivasi yang tinggi selaku pekerja keras, jujur, sabar dan hemat yang merupakan identitas Hindu Bali sebagai aflikasi ajaran karma marga dari penganut ajaran sanatana Dharma. Telah memiliki pengalaman dalam mengadopsi budaya lokal karena telah tinggal sudah 40 tahun lebih. Selalu mencerminkan perilaku hidup yang sesuai dengan potensi daerah (ekonomi dan budaya). Umat Hindu di Sulawesi tenggara terkenal mudah bergaul dan mudah berasimilasi, kemudian dalam ranah agama terpuji sebagai penganut agama yang taat dan kompak serta nrimo.
Setelah mengetahui kekuatan yang unggul tentunya dalam hukum binari atau rwa bhineda tentunya juga terdapat kelemahan, (weeknesess) umat Hindu di Sulawesi Tenggara diantaranya, cenderung imperior (koh ngomong), kurang kokoh secara intern, senantiasa mengedepankan perasaan, kurang belajar, dan sulit untuk berubah. Kemudian secara turun temurun umat Hindu di Sultra kurang percaya pada lembaga dana, dapat menilai atau memvonis terlalu cepat, kaku dan percaya diri rendah, mudah curiga dan berprasangka secara intern, dan sebaiknya secara ekstern, serta kurang kompak secara sosial. Kemudian Peluang (opportunities) dapat diketahui berupa, penerimaan secara ekstern, potensi ekonomi secara umum, dukungan dan fasilitasi pemerintah, ketersedian hukum dan peraturan perundangan, pendidikan dan teknologi semakin maju, demokrasi semakin baik. Kemudian secara klinis ancaman (threat): diantaranya, narkoba, pergaulan bebas, altruis dari setiap kelompok budaya yang terus berbenah, demokrasi praktis, dan kepentingan sesaat, serta konversi  agama
Untuk itu Visi umat Hindu di Sultra di tahun 2050 adalah terwujudnya Umat Hindu yang humanis, sejahtera dan profesional. Humanis adalah menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi hubungan sosial yang berimbang, sejahtera  berupa pendapatan cukup (kelompok 40 persen) dengan memiliki sraddha dan bhakti. Profesional yaitu pendidikan cukup, pekerja keras, pengembangan diri terus menerus, advokasi dan mendorong kemajuan sesama. Sebagaimana amanat kitab Sarasamuccaya 27, “Karenanya perilaku seseorang; hendaklah digunakan sebaik-baiknya masa muda, slagi badan sedang kuatnya, hendaklah digunakan untuk usaha menuntut dharma, artha dan ilimu pengetahuan, sebab tidak sama kekuatan orang tua dengan kekuatan anak muda, contohnya ialah seperti ilalang yang telah tua itu menjadi rebah, dan ujungnya itu tidak tajam lagi”. Kemudian untuk memperoleh visi tersebut tentunya harus dilakukan dengan gerakan dengan menggunakan amunisi yang tepat agar mengenai sasaran dalam bentuk sebuah misi, yaitu: Peningkatan Sraddha dan Bhakti umat Hindu, peningkatan ekonomi dan peningkatan pendidikan umat Hindu pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Strategi meningkatkan kualitas dan kuantitas pembina umat Hindu, yaitu meningkatkan kesempatan berusaha dan pengembangan ivestasi serta lembaga ekonomi dan sosial umat Hindu yang ada di Sultra, mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan dan kependidikan Hindu.  Tujuan meningkatkan moral dan budi pakerti umat Hindu adalah dengan meningkatkan swadana dan jiwa wirausaha (Interpreneurship) umat Hindu, meningkatkan kualitas, ketangguhan dan daya saing umat Hindu pada berbagai aspek. Program dan kegiatan peningkatan sraddha dan Bhakti umat Hindu berupa; kegiatan pediksaan 100 orang pandita, penyediaan pustaka Suci 5 buah pada setiap rumah tangga, pembangunan pura dan ashram, pembentukan dan penumbuhan dharma gita. Program Peningkatan ekonomi Umat Hindu yaitu pelaksanaan IWUH (iyuran wajib umat Hindu) dan dana punya secara konsisten, pembentukan BPR dan koperasi pada setiap kabupaten/kota dan kecamatan, Pembentukan Rumah Sakit, hotel dan jasa lainnya, pemasaran bersama, penyediaan saprodi dan bibit unggul. Penerapan manajemen bisnis/modern dalam pengelolaan aset dan potensi lembaga. Program peningkatan pendidikan umat Hindu adalah dengan cara pendidirian yayasan pendidikan, peningkatan pendidikan formal dan non formal umat Hindu dan penyediaan beasiswa pada setiap jenjang pendidikan, dan peningkatan pendidikan politik umat Hindu,
Dengan sebuah motto umat Hindu Sulawesi Tenggara yang bermoral dalam kekaryaan,  dermawan dalam persahabatan, jujur dan tulus mewujudkan kebahagian bersama. Untuk mewujudkan motto tersebut apa yang diperlukan?? Ini yang mesti direnungkan, diapresiasi dan diaktualisasikan dalam sebuah action oleh seluruh lapisan umat Hindu di Sulawesi Tenggara yaitu terwujudnya konsolidasi umat dari tingkat Desa sampai ke Provinsi, terkumpulnya modal dan pendanaan yang kuat, adanya pengembangan manajemen modern, dan yang terpenting adalah umat Hindu di Sultra harus siap secara mental untuk berubah, serta tidak kalah ketinggalan sebagai garda terdepan adalah adanya pemimpin umat yang visioner. Untuk melancarkan hanyalan tersebut tahapan pencapain Grand Design adalah: tahap pemantapan  (2011-2021, tahap gerakan  (2012-2032, tahap kemapanan (2033-2043), tahap pencerahan (2043-2050), tahap paripurna  (2050-seterusnya):
Untuk mencapai keberhasilan itu tentunya tidaklah mudah, berbagai hambatan dalam bentuk puing-puing rintangan dan cobaan pasti datang menghadang sebagai ujian dalam meraih keberhasilan dan kesuksesan itu. Hambatan yang terjadi di tahun 2050 diantaranya, persaingan mendapatkan figur pemimpin, dari tresna-asih ke sueca-bakti, menurunnya kepercayaan umat akibat manajemen yang tidak bersih, adanya motiv pribadi, perkembangan lembaga tidak seimbang dengan peningkatan SDM, dan terjadinya kecemburuan sosial.
Bagaimana profil manusia Hindu yang menjadi impian dalam menyongsong Hindu Sulawesi Tenggara di Tahun 2050?? Untuk panduan jawaban adalah, Sri Krisna adalah manusia utama, Gayatri Mantram adalah mantram utama, Madu adalah rasa manis utama, Homa Yadnya adalah yadnya utama, Bhagawad Gita adalah gita yang utama. Manusia utama adalah manusia yang memiliki artha dan menguasai ilmu pengetahuan. Jadi pemimpin yang dibutuhkan oleh umat Hindu di Sulawesi Tenggara adalah pemimpin yang memiliki ilmu pengetahuan, penuh wibawa dan bijaksana, dilengkapi harta dengan ciri kedermawanan serta memiliki semangat ngayah yang tinggi. Untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan itu, tentunya  harus dimulai dengan usaha yang gigih, karma baik dan penciptaan lingkungan yang kondusif dengan terkonsolidasinya umat Hindu di Sulawesi Tenggara dengan baik.

III. PENUTUP
Demikian sekilas mimpi indah dan hayalan kelas tinggi yang dituangkan dalam Grand Design Hindu Sulawesi Tenggara 2050. Semoga dapat memberikan sebuah gambaran singkat tentang peluang dan potensi umat Hindu di Sulawesi Tenggara saat ini dan yang akan datang, yang jika di potensialkan akan menjadi gaung dan gema Hindu terbesar kedua setelah pulau dewata Bali dan akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh umat Hindu di Indonesia. Semoga tercapai cita-cita, harapan dan tujuan terwujudnya Hindu humanis, sejahtera dan profesional dalam nuansa santih dan jagadhita di Sulawesi Tenggara 2050.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar