Tinjauan Singkat Ajaran Hindu Mengantisipasinya
Kadek Yogiarta**
Badan Penyiaran Hindu Prov. Sultra
Latar Belakang
Fase kehidupan manusia yang hidup setelah
lahir di dunia yaitu dari bayi, kemudian balita/ anak-anak, remaja, dewasa dan tua,
siapapun di dunia ini yang lahir sebagai manusia akan melalui proses itu.
Inilah hukum hidup, yang senantiasa mengalami perubahan, karena sesungguhnya
bagi yang hidup perubahan itu adalah sesuatu yang kekal. Dunia bayi adalah
dunia kasih sayang, sentuhan dan belaian kasih dari ibu dan bapak adalah
kebahagiaan tak ternilai baginya, masa anak-anak merupakan dunia bermain. Setelah
itu manusia masuk masa remaja, dimana banyak orang mengatakan adalah masa-masa
yang indah dan menyenangkan. Dalam fase ini seseorang sudah mampu saling
mengisi, saling melengkapi dan saling mengenal sesama serta sudah dapat merasakan
getaran cinta dengan lawan jenisnya. Keindahan masa remaja itu tentunya sangat
beralasan, karena masa remaja jika diibaratkan sebuah bunga adalah masa tumbuh,
mekar dan harum mewanginya. Masa remaja sesungguhnya adalah masa mempersiapkan
diri untuk masa depan. Disamping masa-masa indah itu sesungguhnya masa remaja adalah
masa yang penuh dengan tantangan yang berat, masa yang labil dengan tekanan
battin yang kuat, mendorong melakukan sesuatu yang menjadi keinginannya, salah
melangkah maka akan menderita dan menyesal selamanya serta masa depan jadi
taruhannya. Pada tulisan singkat ini penulis akan menguraikan tentang remaja di
tengah maraknya kasus kenakalan remaja yang terjadi dalam dekade belakangan
ini. Kasus kenakalan remaja tentunya sangat meresahkan para guru dan orang tua.
Apabila hal ini terus terjadi dan dibiarkan, yakin dan percaya bahwa generasi
mandatang sebagai penerus Bangsa akan mengalami kehancuran. Tulisan singkat ini
kami ketengahkan sebagai pesan moral bagi para remaja khususnya remaja Hindu,
sebagai antisipasi mencegah terjadinya kenakalan remaja, khususnya dalam
pandangan Hindu guna terwujudnya anak yang suputra.
Remaja dan Kenakalan
Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, para ahli
pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun
sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.
Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun sering
dilakukan melalui metoda coba- coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan ke kwatiran serta perasaan yang
tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang
diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena
mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan
yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai
kenakalan remaja. Sifat remaja adalah selalu ingin tahu, ingin mencoba segala
sesuatu yang belum diketahuinya. Normal,
sebagai bagian dari pertumbuhan fisik dan jiwanya, dalam kelompok gaul
seusianya, dari ingin tahu, lalu mencoba, meniru perilaku orang dewasa.
Kelompok-kelompok ini seringkali terbentuk dalam ketidak pahaman tentang
nilai-nilai dan norma-norma keagamaan. Pencarian indentitas dan jati diri yang
sering tanpa arah, membentuk pribadi-pribadi yang goyah serta jiwa yang labil.
Kondisi ini kemudian mendorong mereka menuju penyimpangan perilaku yang
bertentangan dengan aturan-aturan moral di masyarakat. Antara lain terjadi
penyimpangan perilaku seksual, seperti kumpul kebo, seks bebas, homo seks,
pelecehan seksual. Kenakalan
remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau
transisi masa anak-anak dan dewasa. Pengertian kenakalan remaja adalah semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya. Semua perbuatan penyelewengan dari norma
kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat dan semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Dengan demikian berdasarkan urian tersebut
sangatlah jelas bahwa kenakalan remaja itu adalah sebuah perbuatan yang
melangagar peraturan, atau uu diawali oleh keinginan untuk mencoba-coba,
sehingga bila berhasil akan terus melakukannya. Bentuk-bentuk yang sederhana
dilakukan seperti yang sering kita lihat diantaranya, membolos sekolah, kebut-kebutan
di jalanan, penyalahgunaan narkotika, perilaku seksual pranikah, perkelahian
antar pelajar dan lain sebagainya.
Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Telah dijelaskan di atas bahwa kenakalan
remaja adalah sustu perbuatan yang melanggar aturan yang dilakukannya secara
individu atau berkelompok yang diawali dengan sebuah keisengan atau ajang
coba-coba, sehingga merugikan dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Tentunya pelanggaran yang dilakukannya tidak serta merta
diakibatkan oleh dirinya sendiri, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor
diseklilingnya, baik dari pergaulan, keluarga mapun lingkungan sekitarnya. Ada
beberapa penyebab terjadinya kenakalan remaja itu di antaranya, kami
kelompokkan yaitu dari luar dan dari dalam:
a. Dari dalam, yaitu kenakalan yang
disebabkan oleh dorongan kuat disebabkan oleh dirinya secara pribadi, yang
meliputi:
- Reaksi frustasi diri, yaitu perasaan meyesali diri akibat tekanan mental yang tidak dapat dipikul oleh remaja, seperti tidak naik kelas, nilainya anjlok, di marahi guru, dan perasaan terlalu menghakimi diri akibat terjadinya sesuatu, sehingga menyebabkan remaja melakukan kenakalan ini, yang merupakan reaksi dalam dirinya.
- Adanya masalah yang dipendam, dimana ada sebagian watak atau karakter para remaja yang memendam masalahnya, ia tidak mau bercerita atau berbagi kepada orang tua, ataupun orang terdekat tentang masalah yang dihadapi. Sehingga adanya masalah terpendem ini, menyebabkan seorang remaja mencoba-coba suatu hal sebagai bentuk pelampiasan masalahnya.
- Adanya keinginan dari para remaja untuk mengetahui dan mencoba hal-hal yang diperoleh informasinya dari apapun, seperti kebut-kebutan, prilaku sek diluar nikah, dan lain sebagainya.
- Rendahnya sraddha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang disebabkan kurangnya pemahaman agama yang dimiliki.
- Merasa diri remaja, (mabuk yowana) tidak ada yang menyalahkan untuk melakukan sebuah ajang coba-coba.
b. Dari Luar diri, yaitu kenakalan remaja yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar diri, seprti keluarga, serta lingkungan
disekitarnya, yang meliputi:
1. Kurangnya kasih sayang orang tua/keluarga,
dimana kemungkinan kesibukan para orang tua, kurang dapat memberikan perhatian
kepada anaknya, sehingga anak merasa kurang disayangi, disamping itu bisa
disebabkan oleh banyaknya anak yang dimiliki oleh keluarga. Berbagai kasus-kasus
yang diberitakan dalam media sering kita menyaksikan bahwa kesibukan orang tua,
berakibat fatal terhadap perkembangan anaknya.
2. Penanaman dasar-dasar agama yang sangat
kurang, hal ini disebabkan peran orang tua yang kurang memahami agama dengan
baik. Tradisi dan jawaban gugon tuwon oleh orang tua, tidak bisa diterima oleh
si anak. Rendahnya pengetahuan orang tua tentang ajaran agama dan praktek agama
tentunya tidak menjadi teladan atau figure bagi si remaja. Sesungguhnya orang
tua adalah sebagai pasilitaor dan mediator pendidikan pertama bagi anak, baik,
jasmani maupun rohani.
3. Kurangnya pengawasan dari orang tua, dimana
orang tua terlalu percaya penuh dengan anak, sehingga kehilangan control, yang
menyebabkan anak dapat berbuat senaknya, hal ini dimanfaatkan baik oleh remaja
untuk melakukan niatnya, karena merasa orang tuanya memberikan kesempatan.
4. Dampak
negatif dari perkembangan teknologi modern, hal ini paling kuat berpengaruh, dijaman
zaman sekarang ini adalah femanfaatan iptek yang modern. Bila kita salah memanfaatnyakannya
maka akan menjerumuskan pelakuknya.
5. Tidak
adanya media penyalur bakat/hobi, dimana tidak ada sarana khusus atau kegiatan
yang menampung bakat para remaja, baik di masyarakat atau pun di sekolahnya.
6. Kondisi
keluarga yang broken home, dimana keretakan keluarga atau kurang harmonisnya
hubungan orang tua, suami dan istri berimplikasi juga kepada anak dengan
kurangnya perhatian dan kasih saying kedua orang tuanya.
7. Pengaruh kawan sepermainan. Hal ini tentunya
sangatlah benar adanya, apalagi melihat kondisi remaja, dimana kebanyak mereka
ikut-ikutan dengan temannya, kalau tidak ikut maka akan dikucilkan dari
pergaulan, dikatakan tidak trendy, tidak macho, dan banyak lagi
sebutannya. Dengan adanya ancaman dari temannya maka para remaja larut dalam
peergaulan yang kurang sehat.
Ajaran Hindu Dalam
Mengantisipasi Kenakalan Remaja
Sebagaimana
diuraikan di atas, banyak hal yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja itu,
sehingga memang hal ini meski dimapahami oleh para remaja, cara mengantisipasi
terjadinya kenakalan remaja, dapat dimulai dari kesadaran diri remaja, dalam hal
ini penulis meyampaikan beberapa tips kepada para remaja Hindu dalam
mengantisipasi bentuk-bentuk kenakalan remaja itu. Perilaku kenakalan tersebut
dalam Hindu dikenal dengan perbuatan adharma, (kebatilan) asuba karma/jahat, di
dalam dalam ajaran Bhagawadgita disebut perilaku Asuri Sampad atau perilaku
keraksaan. Dikatakan sebagai perilaku keraksaan, karena raksasa adalah mahkluk
yang senantiasa merusak keharmonisan. Apakah para remaja mau para remaja
dikatakan raksasa? Kalau tidak hindarkan diri dari perilaku tersebut. Anak yang
baik dalam ajaran Hindu yang senantiasa paham akan kewajibannya disebut anak
yang suputra, anak yang memiliki karakter mulia yang dapat mengantarkan diri
dan keluarganya pada sebuah kebahagiaan. Cerminan sosok anak suputra, dalam susastra
Hindu Ramayan ditampilkan oleh putra-putra Raja Destarata, yaitu Rama, Laksmana,
Bharata dan Saturgna, meraka adalah putra-putra yang suputra, senatiasa sadar
akan kewajibannya dan terpenting adalah berbhakti kepada catur guru. Dalam
cerita Mahabharata Panca Pandawa adalah manusia-manusia sadhu, apalagi sosok
Yudistira yang diyakini oleh semua orang kebijaksanaanya dan karakternya yang
mulia. Anak yang suputra adalah dambaan setiap orang tua, demikian halnya dalam
kelurga Hindu, kehadiran seorang anak adalah cerminan keluarganya. Hal ini
tersirat dalam susatra Hindu, Canakya Nitisastra III.14 disebutkan:
Ekenapin survrksena
Puspitena sugandhita
Vasistam tadwanam sarwam
Suputrena kulam yatha
Terjemahannya:
Seluruh hutan
menjadi wangi hanya karena ada sebuah pohon dengan bunga indah dan harum
semerbak. Begitu juga halnya kalau di dalam keluarga terhadap seorang anak yang
suputra.
Lebih
jauh tentang itu dalam sloka 16 juga disebutkan:
Ekenapi suputrena
Widya yuktena sadhuna
Ahladitam kulam sarwam
Yatha candrena sarwari
Terjemahannya:
Sebagaimana
bulan menerangi malam matahari dengan cahanya yang terang menyejukkan,
begitulah anak yang suputra yang berpengetahuan rohani, insyaf akan dirinya dan
bijaksana. Anak suputra ini meyebabkan seluruh keluarganya selalu dalam
kebahagiaan..
Berdasarkan
ucap sastra di atas, sangat jelas bahwa anak suputra adalah anak yang selalu
berbhakti, yang menjadi kebanggaan orang tua, dan senantiasa dapat memeberikan
kebahagian dalam keluarga. Tegas juga dalam kitab slokantara seorang anak yang
suputra mengalahkan seratus kali yajna. Untuk mewujudkan anak suputra tersebut,
berikut ini penulis sajikan tips bagi remaja/khususnya remaja pasraman dalam
mengantisi atau membentengi diri dari bentuk kenakalan remaja itu:
a. Abyasa, yaitu membiasakan diri.
Abyasa berasal
dari bahasa sanskrta yaitu membiasakan diri. Kebiasaan apa yang perlu
dilakukan? Lakukan kebiasan-kebiasaan yang baik, merasa malulah jika melakukan
perbuatan tidak baik. Kebiasaan-kebiasaan yang baik, mulai dari berpikir yang
baik-baik (manacika parisudha), berkata yang baik dengan siapapun (wacika
Parisudha), dan lakukan perbuatan yang baik-baik saja (kayika parisudha).
Biasakan dalam diri melakukan dharma sadhana, pengucapan om
swastyastu, param santih dalam pergaulan, senantiasa berusaha mengingat
nama Tuhan dalam setiap saat dan kesempatan, melaksanakan sembahyang Tri sandya
setiap hari, hal ini bertujuan untuk mohon tuntunan dari beliau Tuhan Yang Maha
Esa sebagaimanan pesan kitab Brhadnyaka 1.3.28:
Om
Asato Ma sad gamaya,
Tamaso
Majyotir gamaya,
Mrtyor
Mamrtam gamaya,
Terjemahannya:
Ya Tuhan Yang Maha Kasih bimbinglah kami dari
ketidak benaran menuju kebenaran, bimbinglah kami dari kegelapan menuju alam
terang. bimbinglah kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi
Berdasarkan Weda tersebut memberikan sebuah
intruksi untuk kita senantiasa selalu mendekatkan diri dengan Tuhan, mohon
bimbingan dan tuntunan dari beliau, untuk senantiasa menghindarkan diri dari
ketidak benaran, senantiasa dibimbing di jalan yang benar, dengan demikian
pasti para remaja dapat terhindar dari kenakalan remaja tersebut. Disamping itu
biasakan membaca buku suci/buku agama bila memiliki, biasakan juga mendengarkan
dharma wacana, dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pasraman kilat
semacam ini.
b.
Melaksanakan ajaran Guru Bhakti
Melaksanakan
ajaran guru bhakti adalah kewajiban dan cerminan para sisya yang
sujana/bijaksana. Guru bhakti adalah etika mendasar dari seorang sisya,
tanamkan ajaran guru bhakti ini dalam diri. Bhakti kepada Tuhan (guru
swadyaya), bhakti kepada Orang tua (guru rupaka), bhakti kepada guru disekolah,
(guru pengajian) dan bhakti kepada pemerintah (Guru wisesa), kalau seorang
remaja mampu mewujudkan dan mengembangkan konsep bhakti ini maka, ia akan
terhindar dari bentuk kenakalan remaja itu. Para remaja bias mengambil contoh dalam
sastra kita bahwa Tuhan dalam wujudnya Sri Rama dan Sri Kresna selalu
mengembangakan ajaran guru bhakti ini, hal itu adalah sebuah contoh bahwa
siapapun di dunia ini harus senantiasa mengembangkan bhaktinya, bhakti adalah
pondasi dasar pengamalan ajaran agama Hindu.
c.
Bergaul yang sehat
Di kalangan
remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri.
Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si
remaja saja tetapi bahkan juga pada orang tuanya. Orangtua juga senang dan
bangga kalau anaknya mempunyai banyak teman bergaul dari kalangan tertentu
tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Pengaruh
kawan ini memang cukup besar. Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai
segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun
akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan
selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan
sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian
seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, para remaja hendaknya
berhati-hati dan bijaksana dalam perbergaulan. Jangan bergaul dengan
kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, di
kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah. Tentang kriteria sahabat baik
yaitu selalu setia kawan, dapat memberikan perlindungan apabila kita kurang
hati-hati, menjaga barang-barang apabila kita lengah, memberikan perlindungan
apabila dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam
bahaya dan kesulitan, dan membantu pada saat kesusahan, mari mulai sekarang
lakukan pergaulan yang sehat, dan jangan larut dengan pergaulan yang kurang
sehat.
c.
Berusaha mengendalikan diri
Berusaha
mengendalikan diri adalah bentuk pengendalian diri dari para remaja terhadap
kuatnya keinginan yang berlebihan atau tidak fositif dalam dirinya. Keinginan
atau nafsu itu bila di turuti akan menimbulakn penderitaan, ia ibarat sebuah
nyala api, apabila disiram dengan minyak maka api itu akan besar nyalanya, akan
tetapi bila disiram dengan air ia akan mati. Bagi para remaja, keinginan yang
berlebihan hendaknya dihindari, sadari diri bahwa dalam masa remaja hendaknya
bukan untuk mengikuti nafsu akan tetapi berusaha mengekang nafsu itu.
d.
Menfaatkan teknologi secara bijak
Dijaman sekarang
bagi remaja memanfaatkan teknologi bukan ha lasing, biasanya para remaja paling
cepat dan larut dalam memanfaatkan teknologi ini. Hendaknya remaja dapat
menmanfaatkan teknologi secara bijak dan mengambil hikmah fostitifnya, berbagai
kasus di media terjadi disebabkan kesalahan dalam memanfaatkan teknologi itu.
Teknologi itu iibarat pisau bermata dua, disatu sisi berfungsi untuk sebuah
kepentingan yang menggunakan, dan disatu sisi bila salah memanfaatkan akan
melkukai si pengguna. Contoh berbagai kasus terjadi, seorang remaja nekad
mencabuli anak dibawah umur lantaran selesai menonton suatu adegan di internet,
ada juga berita remaja hilang tidak kunjung datang ke rumahnya karena
berkenalan dengan temannya di face book, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk
kejahatan yang diakibatkan oleh teknologi dewasa ini. Pesan kepada remaja
Hindu, mari manfaatkan teknologi dengan sebaik-biknya, bila tidak maka
diakatakan gaptek, akan tetapi perlu dicerna/disaring untuk diambil yang
fositifnya, apabila itu dilakukan niscaya bentuk-bentuk kenakalan remaja itu
pasti dapat dihindarkan.
Dengan demikian
untuk mengeleminir perilaku kenakalan remaja, hendaknya para remaja Hindu
secara bersama-sama merenungkan pesan sastra Saracamuccaya 27 Karenanya perilaku
seseorang, hendaklah digunakan sebaik-baiknya masa muda, selagi badan sedang
kuatnya, hendaklah digunakan untuk usaha menuntut dharma, artha dan ilimu
pengetahuan, sebab tidak sama kekuatan orang tua dengan kekuatan anak muda,
contohnya ialah seperti ilalang yang telah tua itu menjadi rebah, dan ujungnya
itu tidak tajam lagi.
III. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah suatu bentuk perbuatan yang
melanggar aturan atau hukum, yang dapat menyebabkan kerugian bagi dirinya
sendiri, keluarga dan masyarakat disekitarnya, dimana perbuatan itu dilakukan. Bentuk-bentuknya
bermacam-macam, mulai dari yang dilakukan secara individu atau kelompok, yang
awalnya adalah hanya ajang coba-coba, atau iseng dengan mengikuti tred atau
anak gaul. Kebiasan buruk itu seperti, membolos, berkelahi, sek diluar nikah,
menggunakan narkoba, dan sebagainya.
Bentuk
kenakalan remaja itu disebabkan oleh dua factor yaitu dari dalam dan dari luar.
Hal yang dapat dilakukan untuk terhindar dari kenakalan remaja adalah, dengan Abyasa,
Dharma Cara, Satyam wada, selalu membiasakan kebajikan dalam diri,
mengembakan konsep ajaran guru bhakti, bergaul secara sehat, dapat
mengendalikan diri dan memanfaatkan teknologi secara bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar