Manusia
dikatakan sebagai mahkluk individu dan juga sebagai mahkluk social. Sebagai
mahkluk social manusia memerlukan hubungan dengan sesamanya, karena manusia
tidak akan mungkin hidup sendirian. Betapapun kaya nya, manusia itu, betapapun
kuatnya, betapapun pintarnya, ia pasti memiliki kekurangan, kekurangan itulah yang
dilengkapi oleh sesamanya atau oleh sesamanya. Untuk dapat dilengkapi itu, manusia harus melakukan
pendekatan, pendekatan untuk membangun hubungan yang baik, berupa pergaulan.
Ajaran Hindu, mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa mengembangkan dan
membangun hubungan yang baik, bergaul yang baik, menjalin persahabatan sebagai
bentuk kebersamaan guna mewujudkan cita-cita berupa kesejahteraan bersama.
Dalam ajaran Hindupun diajarkan hendaknya setiap orang menghindarkan dirinya bergaul dengan orang-orang yang tercela, dan diharapkan bergaul dengan orang-orang yang bijaksana, demikian pula kebangsawanan sesungguhnya hanya dapat diperoleh melalui amal kebajikan. Perintah untuk meninggalkan pergaulan dengan orang-orang tercela tersurat di dalam kitab suci Veda, Rg.Veda X.53.8 :
Dalam ajaran Hindupun diajarkan hendaknya setiap orang menghindarkan dirinya bergaul dengan orang-orang yang tercela, dan diharapkan bergaul dengan orang-orang yang bijaksana, demikian pula kebangsawanan sesungguhnya hanya dapat diperoleh melalui amal kebajikan. Perintah untuk meninggalkan pergaulan dengan orang-orang tercela tersurat di dalam kitab suci Veda, Rg.Veda X.53.8 :
Asmanvati
riyate sam rabhadhavam,
Uttisthata
pra tarata sakhyah,
Atra
jahama ye asan asevah,
Sivan
vayam uttaremabhi vajan
Terjemahannya:
Wahai teman-teman, dunia yang penuh dosa dan penuh duka ini
berlalu bagaikan sebuah sungai yang alirannya dirintangi oleh batu besar (yang
dimakan oleh arus air) yang berat. Tekunlah, bangkitlah, dan sebrangilah ia.
Tinggalkan persahabatan dengan orang-orang tercela. Sebrangilah sungai
kehidupan untuk pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran.
Petikan
Mantra suci Veda mengajarkan hendaknya setiap orang menghindarkan dirinya
bergaul dengan orang-orang yang tercela, dan bergaulah dengan orang-orang yang
bijaksana (suci). Karena dengan pergaulan (Sańsarga) dengan orang bijaksana
(suci) akan membentuk karakter manusia yang bermoral, dan berbudhi pekerti yang
luhur, serta dapat meningkatkan kualilitas hidup manusia menuju manusia yang
utuh secara jasmani dan rohani. Keyakinan ini kalau di renungi dengan konsep
ajaran Tri Pramana yaitu Sabda/Agama Pramana, Anumana Pramana dan Praktyaksa
Pramana maka kebenarannya tidaklah meragukan. Pertumbuhan dan kedewasaan
manusia baik secara fisik maupun rohani sangat besar disebabkan karena faktor
lingkungan yang ada di luar dirinya, proses terjadinya pengaruh ini masuk
melalui Panca Budhīndriya dan Panca Karméndriya manusia itu. Contoh misalnya;
Indriya pada telinga, kalau seseorang dalam hidupnya indriya telinganya hanya
di gunakan untuk mendengarkan hal-hal tentang kesuksessan, keindahan, kesucian,
maka seketika atau melalui sebuah proses lambatlaun emosi kejiwaan yang tumbuh
dalam diri seseorang ingin merasakan kesuksessan, keindahan, dan kesucian dalam
dirinya. Ilustrasi ini sesuai dengan bagaimana membentuk karakter dan membekali
pengetahuan dan mendidik anak mulai sejak dalam kandungan, yang dilakukan oleh
Subadra terhadap bayi yang ada dalam kandungannya yaitu Abhimanyu, dimana pada
saat hamil Drupadi selalu menggunakan telinganya untuk mendengarkan cerita
suaminya Arjuna tentang kepahlawanan, keperkasaan seorang Ksatriya dalam medan
pertempuran, ilmu peperangan, dan tentang kegagahan seorang Kstriya. Ternyata
setelah lahir putranya Abhimanyu tumbuhlah menjadi seorang putra yang suputra dan
memiliki ilmu pengetahuan tentang kepahlawanan, keperkasaan, dan ilmu
peperangan seperti layaknya seorang Ksatriya yang lain. Dan bahkan Abhimanyu
memiliki ilmu seperti ayahnya Arjuna, padahal tidak melalui belajar. Tetapi ini
diperoleh saat masih dalam kandungan ibunya Drupadi, karena Drupadi selalu
menggunakan indriya telinganya untuk mendengar cerita akan kehebatan,
kegunaan,fungsi dan cara menggunakan ilmu yang dimiliki suaminya Arjuna.
Aksi-reaksinya ternyata setelah lahir Abhimanyu sudah memiliki ilmu yang dimiliki
oleh ayahnya yaitu Arjuna. Dalam Canakya Niti Sastra Adhyaya I, Sloka 10 dijelaskan bahwa hendaknya orang menghindari
pergaulan dengan orang-orang yang tidak memiliki sifat yaitu tidak memiliki
kepedulian untuk memelihara kehidupan, orang yang tidak memiliki rasa takut,
yang tidak memiliki rasa malu, tidak cerdas, tidak dermawan, hendaknya kita
hindari. Hal ini bukan menjadikan kita membatasi diri dalam pergaulan akan
tetapi kita disarankan untuk memilih pergaulan dengan orang-orang bijaksana.
Tentang kepada siapa saja harus kita bergaul di jelaskan dalam Canakya Niti
Sastra Adhyaya V, Sloka 15 :
Vidya mitram pravasesu,
bharya mitram grhesu ca,
vyadhitasyausadham mitram,
dharmo mitram mrtasya ca
Terjemahannya:
Satu-satunya teman pada saat di negeri orang adalah ilmu
pengetahuan, teman di rumah adalah istri, teman bagi orang-orang sakit adalah
obat, bagi orang yang sedang menghadapi kematian satu-satunya teman adalah
ajaran-ajaran kebenaran/dharma.
Merujuk
kutipan sloka di atas bahwa Pertama, satu-satunya teman pada saat di negeri
orang adalah ilmu pengetahuan. Apabila seseorang sudah bersahabat, berteman,
atau bergaul dengan ilmu pengetahuan maka lautan luas pun akan tersebrangi,
segala kesulitan akan teratasi dan tidak ada kesulitan apapun yang tidak
teratasi, seperti ucap sastra suci Veda. Walaupun sastra suci Veda sudah
menjelaskan bahwa orang yang paling miskin di dunia ini adalah orang yang tidak
memiliki pengetahuan, bukan orang yang tidak memiliki kekayaan material.
Walaupun memiliki harta benda tetapi
tidak memiliki pengetahuan, sesungguhnya orang tersebut adalah orang miskin
namanya. Dengan demikian, kalau umat Hindu meyakini kitab sucinya maka kekayaan
yang paling berharga di dunia adalah ketika memiliki pengetahuan, tetapi
fenomenanya masih banyak umat Hindu yang tidak mau mengejar ilmu pengetahuan,
justru yang dikejar adalah kekayaan material. Pernyataan ini di kemukakan
ternyata memang masih banyak orang tua Hindu yang tidak menyekolahkan anaknya
untuk menimba ilmu pengetahuan, kasarnya beli tanah, beli mobil, membangun
rumah mewah, sangat berani, tetapi untuk menyekolahkan anak dan menabung untuk
biaya pendidikan masih perlu ditanyakan. Kalau mau berguru dengan ucap sastra
Canakya Niti Sastra ini berpesan kepada umat manusia bersabat dan bergaulah
dengan ilmu pengetahuan, karena dengan berpengetahuan orang mampu berwiweka dan
menumbuhkan kesadaran dalam dirinya.
Kedua;
Dirumah bersahabat dan bergaulah dengan istri atau suami bagi yang sudah dalam
jenjang Grhasta dalam Catur Asramanya, ini maksudnya agar terjadi komunikasi
dua arah antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangganya, karena banyak
fenomena konflik yang terjadi di rumah tangga karena mereka satu sama lain
tidak mau bergaul dan bersahabat. Kalau dalam pergaulan antara suami dan istri
diabaikan, apalagi kalau punya kelainan kaki, dimana kalau di rumah kaki panas,
tapi kalau diluar kaki hangat, yang terjadi sering keluar rumah dan
jarang-jarang dirumah (Jarum super). Jarang di rumah adalah awal tidak
terjadinya pergaulan dan kumunikasi antara suami dan istri, pada akhirnya
menjadi bibit konflik dan pada akhirnya berujung pada pertikaian dan kehancuran
rumah tangga.
Ketiga;
Sahabat/pergaulan bagi orang sakit adalah bersahabat/bergaul sama obat. Makna
yang terkandung dalam sastra ini sangat dalam. Orang sakit pengertian sangat
luas, yang sakit apanya? kalau tubuhnya yang sakit demam misalnya maka cari
obat dirumah sakit atau apotek, tapi kalau jiwanya yang sakit maka
bersahabat/bergaulah kepada yang obat yang dapat menyembuhkan penyakit
kejiwaannya. Tetapi banyak yang sakit di dunia ini salah bergaul sama obat,
sehingga banyak jadi salah arah, seperti orang-orang yang sakit bergaul dengan
obat narkoba.
Kempat; orang yang sedang menghadapi kematian
satu-satunya teman bergaul adalah ajaran-ajaran kebenaran/dharma. Sastra ini
juga berpesan kepada orang-orang yang sudah menginjak usia senja (jompo) jangan
salah bergaul, atau berfikir macam-macam tentang keduniawian, karena kalau
salah bergaul akan menyebabkan penderitaan, seperti stres, struk,, seda dan setra.
Pesan dari sastra ini adalah bagi orang yang secara fisik sudah senja atau
menuju kematian, bersahabat dan bergaullah dengan ajaran-ajaran
kebenaran/dharma, karena kematian akan membawa karma wasana bukan kemewahan
duniawi.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, dalam ajaran Hindu kita
diajarkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan sesama berupa pergaulan.
Pergaulan yang dimaksud adalah dengan senantiasa mengembangkan rasa cinta
kasih, dan sangat dipantangkan kita untuk bergaul dengan orang-orang jahat,
karena akan membawa pengaruh yang tidak baik bagi pribadi seseorang. Etika
pergaulan dalam hal ini adalah bagaimana kita dapat menempatkan diri, dan
mengetahui rambu-rambu pergaulan, sehingga kita tidak salah dalam menjalin
pergaulan itu. Sesungguhnya apabila itu dipahami dan dilaksanakan maka akan
terwjud cita-cita hidup yang harmonis. Mari kita lakukan dan wujudkan itu
semua.
makasih infonya https://bit.ly/2Q3NuTd
BalasHapus