Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar
memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak
dibesarkan dengan cemohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan
penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar
percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia belajar
bertindak adil. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, ia belajar menemukan
cinta kasih dalam kehidupan. (Dorothy Nolte (dalam Titib, 2006:v)
Untaian Sloka Weda Guna Terbentuknya Anak Suputra
Yetheyam prtiwi
mahi bhutanam garbhamadadhe
Eva te dhiriyatam
garbho anu suntum savite (Atharwaweda VI.17.1)
Terjemahannya:
Seperti halnya bumi yang luas ini mengandung semua
mahkluk, demikian juga wahai istriku, engkau menjadi hamil dan dari kehamilan
dapat lahir seorang putra seperti Sang Surya penuh dengan sinar cahaya.
Om Agni
vayucandrasuryah, parayascittayo yuyam dewanam parayascittayah stha brahmano vo
nathakama upadhavami yasyah papi laksmi stanustamasya apahat swaha.
Terjemahannya:
Om Agni, Vayu, Candra dan Surya engkau adalah mensucikan
segala prayascita, seperti mebersihkan segala kotoran. Mensucikan benda menjadi
suci kembali. Dengan keinginan mencari Tuhan Yang Maha Esa, saya memohon
perlindungan para Dewata supaya istriku bila pernah mendapat kekayaan dengan
tidak melalui jalan dharma yang mengakibatkan dosa mohon dimaafkan.
Om Suryo no divastu
vato antariksat agnirah parthivebyah (Rg Weda X.158.1)
Terjemahannya:
Oh Dewa Surya anugerahkanlah dari surgaloka dan
lindungilah jabang bayi yang masih dalam kandungan ini, demikian juga semoga
dewa Bayu memberikan anugerah dari antraiksa dan dari bumi Dewa Agni
melindungi.
Ko asi katoma asi
kayasi ko na-masi
Yasya te namamamahi
yam twa some nantitrpama
Bhur bhuwah swah
supraja-h prajabhih syam
Suviro viraih
suposah posaih (Yayur Weda VII.29)
Terjemahannya:
Pada hari ini kami memberikan nama kepadamu dan juga
memuaskan kamu dengan air susu ibu. Untuk itu wahai anakku siapkah sebenarnya
kamu? dan milik siapa? dari manakah kamu? siapakah namamu? Tuhan Yang Maha Esa
memberikan prana kebahagiaan dan telah menjauhkan kita dari segala duka. Semoga
kami mendapatkan keuturunan yang baik, dari semua unsur golongan manusia dan
para katriya memperoleh keturunan yang sehat dan perwira yang berkembang dengan
makanan yang sehat penuh gizi.
Sa vahnih
putrah pitroh pawitravan punatidhiro bhuvani mayaya (Rg Weda. I. 160.3)
Terjemahannya:
Putra dari orang tua yang mulia, saleh, gagah berani, dan
berseri-seri bagaikan sanghyang Agni membersihkan (menyucikan dunia ini dengan
perbuatan-perbuatannya yang mulia
Yato virah karmanyah
sudakso yuktagrava jayate dewakamah (Rg Weda III.4.9)
Terjemahannya:
Tuhan Yang Maha Esa, semoga kami memperoleh seorang putra
yang gagah berani giat, cerdas, yang mampu memeras soma dan percaya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa lahir pada kami.
Pisangarupah
subharo vayodhah srusti viro jayate dewakamah (Rg Weda II.4.9)
Terjemahannya:
Tuhan Yang Maha Esa, semoga kami memproleh seorang putra
yang berkulit kuning langsat yang berpotongan bagus yang panjang umur, yang
berani dan bajik.
Te sunah swaspasah sudamasah
(Rg Weda I.159.3)
Terjemahannya:
Putra-putra ini amat giat bekerja dan memiliki
kekuatan-kekuatan yang mengagumkan
Sadhum putram
hiranyayam (Atharwa Weda XX.129.5)
Terjemahannya:
Semoga kami memperoleh seorang putra yang mulia dan
makmur
Ehy-asanam a tista
asma bhawantu te tanuh (Atharwa Weda II.13.4)
Terjemahannya:
Wahai putra kemarilah dan berdirilah di atas batu ini,
semoga tubuhmu kuat seperti sebongkah batu.
Yad bhadrasya
purusasya putra bhawati dadhrshih (Atharwaweda XX.128.3)
Terjemahannya:
Dengan sesunguhnya anak laki-laki seorang ayah yang mat
terkenal (termasyur) menjadi mulia
Anuvratah pituh
putro, mata bhawantu sammanah (Atharwaweda III.30.2)
Terjemahannya:
Hendaknya anak laki-laki patuh epada ayahnya dan
menyenangkan hati ibunya
Garbhair hamairjatakrama,
Caudamahuncini bandhanah
Baicikam garbhairkam caino,
Dwi janama pamujiate (Manawadharmasastra II. 27)
Terjemahannya:
Dengan membakar bau-bauan harum pada
waktu kehamilan, dengan upacara pitakarma (bayi waktu lahir), upacara cauda
(gunting rambut pertama) dan upacara mahunji bandhaa (upacara memberikan
kalung/ gelang) maka kekotoran yang didapat dari orang tua akan hilang.
Prangnabhi wardhanatpumso
Jatakarma widhyate
Mantrawatpracanam casya
Hirayamandhu sarpisam (Manawadharmasastra. II.29)
Terjemahannya:
Sebelum talipusar dipotong upacara
jatakarma (upacara baru lahir) harus dilakukan untuk bayi laki-laki dan
sementara mantra-mantra suci sedang diucapkan itu harus diberi makan madu dan
mentega dengan sendok emas
Namadeyam dacamyam
tu dwadacyan wasya karayet
punye tithau nyhurte wa
naksatre wa gunanwite ((Manawadharmasastra. II.29)
Terjemahannya:
Kemudian hendaknya orang tua melakukan
upacara namadheya pada umur 10 atau 12 tahun hari setelah kelahirannya, atau
pada waktu suatu hari baik dalam kedudukan muhurta dibawah bintang-bintang yang
membawa kebahagiaan.
Caturthe masi kartwya
Cicorniskramanam grhat
Sasthe nnapracanam masi
Yadwetam manggalam kule (Manawadharmasastra.II.34)
Terjemahannya:
Pada waktu bulan yang keempat harus dilakukan
upacara Niskramana bagi bayi itu dan pada waktu umur enam bulan dilakukan
upacara annaprasana dan wajib pula melakukan upacara kesucian yang biasa
dilakukan dalam upacara itu
Garbhastame bde kurwita
brahmanasyopanayam grbhadekadace rajno
garbttu dwadace wicah (Manawadharmasastra II.36)
Terjemahannya:
Pada tahun kedelapan setelah pembuahan
seseorang harus melakukan upacara upanayana bagi golongan brahmana pada tahun
kesebelas bagi ksatriaya sedangkan bagi bagi waisiaya pada tahun kedua belas.
Brahma warcasakam
asya
Karyam wiprasya
pancame
Rajno balarthinah sasthe
Waicasye harthino’ stame (Manawadharmasastra, II 37)
Terjemahannya:
Namun yang ingin
ahli Weda harus melakukannya pada tahun ke 5, kesatria yang ingin perkasa
memulai pada tahun ke enam, dan wesia yang berhasil dilakukan pada tahun
kedelapn setelah pembuahan.
Asodacad
brahmanasya
sawitri
natiwartate
adwawimcat
ksetra bandosa
Catur
wimcate wicah (Manawadharmasastra, II.38)
Terjemahannya:
Waktu untuk melakukan upacara sawitri
bagi seorang Brahmana tidak boleh lebih sampai genap umurnya 16 tahun setelah
lahir, bagi ksatriya tidak boleh lebih dari umurnya 24 tahun
Atta urdhwam trayo pyete
Yatha kalama samskrtah
Sawitri patita wratya
Bhawantyarya wirgatah (Manawadharmasastra.II.39)
Terjemahannya:
Kalau sampai pada
masa-masa itu orang belum meperoleh sakramen menurut waktunya bagi ketiga
golongan ini, mereka dogolongkan Wrtaya serta dikeluarkan dari upacara sawitri
dan tidak layak sebagai arya
Dasa puuvaanparaan vamsyan
Aatmanam caikavim sakam
Braahmiputrah sukrita krnmoca
Yedenasah pitr rna (Manawa Dharmasastra III.37)
Aatmanam caikavim sakam
Braahmiputrah sukrita krnmoca
Yedenasah pitr rna (Manawa Dharmasastra III.37)
Terjemahannya:
Seorang anak yang lahir dari Brahma Vivaha, jika
ia melakukan perbuatan baik akan dapat membebaskan dosa-dosa sepuluh tingkat
leluhurnya dan sepuluh tingkat keturunannya dan ia sendiri yang kedua puluh
satu.
Tuhun gawayanin suta nutanekeneka gawaya nika sang yayah juga Ika muhara
harsaning yayah agong ri gati nika taman salah gawe, Samangkana kumawhruhig
matanaya riawak ika sagunaya tan hilang, Tekap ni gatining suta ngulahaken
gawaya guna saka wruhing yayah (Putra Sesana, 3)
Terjemahannya:
Segala kegiatan si anak harus mencontoh
bakat baik orang tua itulah yang menyebabkan senangnya orang tua, karena
prilakunya sangat tepat. Demikianlah orang tua harus patut mendidik anak agar
kepandaiannya dapat di wariskan sehinga tidak punah. Oleh si anaklah yang patut
menerima segala pekerjaan dan kepandaian orang tua.
Tingkahning
suta cakasaneka kadi raja-tanaya ri sedeng limang tahun Saptaning warsa
waraahulun sapuluhing tahun ika-taha wuruhken ring aksara yapwan sodacawara
tulya wara mitra tinaha-taha denta midanaYan wus putra suputra tinghalana
salahika wuruken ing nayengga (Nitisastra IV.20)
Terjemahannya:
Anak yang berumur lima tahun hendaknya
diperlakuakan seperti anak raja, Jika sudah berumur tujuh tahun dilatih agar
suka menurut, Jika sudah sepuluh tahun dipelajari membaca. Jika sudah enam
belas tahun, diperlakukan sebagai sahabat, kalau kita mau menunjukan kesalahan
harus dengan hati-hati sekali. Jika ia sendiri sudah beranak, diamati saja
tingkah lakunya, kalau hendak memberi pelajaran kepadanya cukup dengan gerakan
dan alamat.
Nihan singgah anak, ikang carananing anatha,
tumulung kadang kalaran doning saktinya, danakena donya antuknya angarjana,
pangenening daridra donyan pasuruhan, ikang mangkana, yatikanak
ngaranya.(Saracamuccaya 228)
Terjemashannya:
Yang dianggap anak adalah orang yang
menjadi pelindung orang yang memerlukan pertolongan serta untuk menolong kaum
kerabat yang tertimpa kesengsaraan, untuk disedekahkan tujuannya, akan segala
hasil usahanya, gunanya ia memasak, meyediakan makanan untuk orang-orang
miskin, orang yang demikian itu putra sejati namanya.
Nyang
waneh ikang wwang pinaracrayana kadangnya, kadi lwir sang hyng indra, an
pinakakahuripaning sarwabhawa mwang kadi lwiring kayu, an pinakakahuripaning
manuk, mangkana ta ya, pinakakahuripaning katumbanya, ikang wwang mangkana ya
tikanak ngaranya.(Saracamuccaya 229)
Terjemahannya:
Demikian
pula yang dijadikan tempat berlindung oleh, kaum kerabatnya sebagai hal Dewa
Indra, Dewa hujan yang merupakan sumber kehidupan sekalian mahkluk dan bagaikan
pohon kayu rindang yang meupakan kehidupan burung, demikialah ia itu merupakan
kehidupan orang-orang seisi rumahnya, orang yang demikian keadaanya itulah sejati
namanya.
Ikang
anak ngarannya, matrtpitining bapa gina wenya, Kunang ikang bapa, sakwehning sukhaning
anak ginawenya, Apan tan hana tinengetning bapa, cariranira towi, winehakenira
ta ya (Saracamusccaya 243)
Terjemahannya:
Yang disebut anak, patutnya membuat agar
si bapa puas hatinya, sedangkan si bapa sebanyak-bnyaknya kesenangan si anak
dikerjakan olehnya, sebab tidak aada yang dikikirka sibapa, badannya sekalipun
akan direlakannya.
Mangkana
ikang ibu, arata jugasihnira manak ya, apan wenang tan wenang, saguna, nirguna,
daridra, sugih, ikang awak, kapwa rinaksanira, iningunira ika, tan hana ta pwa
kadi sira, ring masiha mangingwana (Saracamusccaya 244
Terjemahannya:
Demikianlah si ibu, rata benar cinta kasihnya
kepada anak-anaknya, sebab baik cakap ataupun tidak cakap, berkbajikan ataupun
tidak, miskin atau kaya raya anak-anaknya itu semua dijaga baik-baik olehnya,
dan diasuhnya mereka itu tidak ada yang melebihi kecintaannya beliau dalam hal
mengasihi dan mengasuh anak-anaknya
Te putra ye pitur bhaktah
Sa pit yastu posakah
Tam mitram yatra wiswasah
Sa bharya yatra nirwtih (Canakya
Nitisastra. II,4)
Terjemahannya:
Yang disebut putra adalah mereka yang
bhakti kepada Bapak. Yang disebut Bapak adalah dia yang menaggung memelihara
anak-anaknya. Yang disebut teman adalah dia yang memiliki rasa percaya dan bisa
dipercaya dan seorang istri adalah dia yang selalu memberiakn kebahagian
Putras ca vividhaih silair
Niyojyah satatam budhih
Niti-jnah sila sampanna
Bhawanti kula pujitah (Canakya
Nitisatra II.10)
Terjemahannya:
Orang bijaksana hendaknya mengajarkan
putranya tatasusila, pengetahuan Nitisastra dan ilmu pengetahuan suci lainnya,
sebab seorang putra yang mahir dalam pengetahuan Nitisatra dan pengetahuan suci
lainnya akan meyebabkan keluarga terpuji.
Mata satru pita bairi
Yena balo na pathitah
Na sobhate sabha madhye
Hamsa madye bako yatha (Canakya
Nitisatra II.10)
Terjemahannya:
Seorang Bapak dan ibu yang tidak
memberikan pelajaran kesuciannya kepada anaknya, mereka berdua adalah musuh
dari anak tersebut. Anak
tersebut tidak aka nada artinya di masyarakat, bagaikan seekor bangau di
tengah-tengah kumpulan burung angsa.
Lananad bahavo dosas
Tadanad bahavo gunah
Tasmat putram ca sisyam
Tadeyam na tu lalayet (Canakya Nitisastra II,12)
Terjemahannya:
Anak yang dididik dengan memanjakan akan menjadi
durhaka dan jahat Sedangkan dengan memberikan hukuman-hukuman ia akan menjadi baik. Oleh karena itu,
didiklah putra-putri dan murid-murid anda dengan cara memberikan
hukuman-hukuman dan tidak dengan memanjakan.
Abhyadad dharyate
vidya
Kulum silena
dharyate
Gunena jnayate
tvvaryah
Kopo netrena
gamyate (Canakya Nitisatra III.8)
Terjemahannya:
Ilmu pengetahuan itu dipelihara dengan mempraktekannya,
Kemuliaan keluarga dipelihara dengan tingkah laku yang baik Orang terhormat
dapat dilihat dari sifat-sifat luhurnya dan kalau marah dapat dilihat dari
matanya
Ekanapi
suvksena
Puspitena
suganddhita
Wasistem
tadvanam sarwam
Suputrena
kulam yatha (Canakya Nitisastra III,12)
Terjemahannya:
Seluruh hutan menjadi wangi hanya karena ada
sebuah pohon dengan bunga indah dan harum semerbak. Begitu juga kalau didalam
keluarga terhadap seorang anak yang suputra.
Ekena
suska-vrksena
Dahyamanena
vahnina
Dahyate
tadvanam sarwam
kuputrena
kulam yatha (Canakya Nitisastra III,15)
Terjemahannya:
Seluruh hutan terbakar hangus hanya karena satu
pohon kering yang terbakar. Begitulah seorang anak yang kuputra mengahncurkan
dan meberikan abib bagi kleuarganya
Ekenapi
suputrena
Vidya
yuktena sadhuna
Ahladitam
kulam sarwam
Yatha
candrena sarwari (Canakya Nitisastra III,15)
Terjemahannya:
Sebagaiman bulan menerangi malam hari dengan
cahayanya yang terang menyejukkan, begitulah seorang anak suputra yang
berpengetahuan rohani, insaf akan dirinya dan bijaksana. Anak suputra ini
menyebabkan seluruh keluarganya selalu dalam kebahagiaan.
Kim
jatair bahubhih putraih
soka
santapakaih
varamekah
kulalambi
yatra
visramyate kulam (Canakya Nitisastra III,15)
Terjemahannya:
Apa gunanya melahirkan anak terlalu banyak kalau
mereka hanya mengakibatkan kesengsaraan dan selalu memberikan kedukaan.
Walaupunseorang anak tetapi berkepribadian utama dan membentu keluarga satu
anak yang meringankan keluarga inilah paling baik.
Lalayet
panca varsani
Dasa
varsani tadayet
Prapte
tu sodase varse
Putram
mitravadacaret (Canakya Nitisastra III,18)
Terjemahannya:
Asuhlah putra dengan cara memanjakannya sampai
berumur lima tahun, memberikan hukuman-hukuman selama sepuluh tahun berikutnya.
Kalau ia sudah menginjak umur
enam belas tahun didiklah ia dengan cara berteman
Kupasataswai paramam sarapi
Sarah sated wai parama pi yajnah
Yajnahsatad wai paramapi putra
Kalingganya, hana pawekang magawe sumur
satus alah ika dening magawe.Telaga seratus, alah ika palanya dening wwang magaweakan yajna sapisan. Atyanta
luwih ing gumawe aken yajna. Kunangikang wwang
wwang mayajna ping satus alah ika phalanya dening kang wwang maanak tunggal,
yang anak wisesa. Kalingganya ikang manak aneka tan lwih phalanya.
Terjemahannya:
Membuat telag untuk umu
lebih baik daripada menggali sertus sumur, melakukan yajna sekali lebih utama
dari membuat seratus telaga, empunyai anak yang suputra lebih utama daripada
melakukan seratus yajna.
Sanghyang Chandra Tranggana pinaka dipa memadangi ri kalaning wengi Sanghyang Surya sedeng prabhasa, Maka dipa
memandangi bhumi mandala Widhya sastra suddharma dipanikanang tribhuana sumene
prabhasa, Yan ning putra suputra sadhu gunawan, Memandangi kula wandhu wandhawa
(Niti Sastra IV)
Terjemahannya;
Bulan dan
bintang bersinar, sebagi pelita, Menerangi dikala malam.Matahari terbit, sebagi
pelita menerangi seluruh wilayah bumi, Ilmu pengetahuan, sastra yangutama,
sebagai pelita menerangi ketiga dunia dengan sempurna, kalau dikalangan putra
(anak),anak yang utama sebagai pelita menerangi seluruh keluarga.
Disalin oleh: Kadek Yogiarta,
Dharma Duta PHDI Prov. Sultra 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar