Kamis, 04 Oktober 2012

Mutiara Weda Tentang Pendidikan Anak

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia belajar bertindak adil. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, ia belajar menemukan cinta kasih dalam kehidupan. (Dorothy Nolte (dalam Titib, 2006:v)

Untaian Sloka Weda Guna Terbentuknya Anak Suputra
Yetheyam prtiwi mahi bhutanam garbhamadadhe
Eva te dhiriyatam garbho anu suntum savite (Atharwaweda VI.17.1)
Terjemahannya:
Seperti halnya bumi yang luas ini mengandung semua mahkluk, demikian juga wahai istriku, engkau menjadi hamil dan dari kehamilan dapat lahir seorang putra seperti Sang Surya penuh dengan sinar cahaya.

Om Agni vayucandrasuryah, parayascittayo yuyam dewanam parayascittayah stha brahmano vo nathakama upadhavami yasyah papi laksmi stanustamasya apahat swaha.
Terjemahannya:
Om Agni, Vayu, Candra dan Surya engkau adalah mensucikan segala prayascita, seperti mebersihkan segala kotoran. Mensucikan benda menjadi suci kembali. Dengan keinginan mencari Tuhan Yang Maha Esa, saya memohon perlindungan para Dewata supaya istriku bila pernah mendapat kekayaan dengan tidak melalui jalan dharma yang mengakibatkan dosa mohon dimaafkan.

Om Suryo no divastu vato antariksat agnirah parthivebyah (Rg Weda X.158.1)
Terjemahannya:
Oh Dewa Surya anugerahkanlah dari surgaloka dan lindungilah jabang bayi yang masih dalam kandungan ini, demikian juga semoga dewa Bayu memberikan anugerah dari antraiksa dan dari bumi Dewa Agni melindungi.

Ko asi katoma asi kayasi ko na-masi
Yasya te namamamahi yam twa some nantitrpama
Bhur bhuwah swah supraja-h prajabhih syam
Suviro viraih suposah posaih (Yayur Weda VII.29)
Terjemahannya:
Pada hari ini kami memberikan nama kepadamu dan juga memuaskan kamu dengan air susu ibu. Untuk itu wahai anakku siapkah sebenarnya kamu? dan milik siapa? dari manakah kamu? siapakah namamu? Tuhan Yang Maha Esa memberikan prana kebahagiaan dan telah menjauhkan kita dari segala duka. Semoga kami mendapatkan keuturunan yang baik, dari semua unsur golongan manusia dan para katriya memperoleh keturunan yang sehat dan perwira yang berkembang dengan makanan yang sehat penuh gizi.

Sa vahnih putrah pitroh pawitravan punatidhiro bhuvani mayaya (Rg Weda. I. 160.3)
Terjemahannya:
Putra dari orang tua yang mulia, saleh, gagah berani, dan berseri-seri bagaikan sanghyang Agni membersihkan (menyucikan dunia ini dengan perbuatan-perbuatannya yang mulia

Yato virah karmanyah sudakso yuktagrava jayate dewakamah (Rg Weda III.4.9)
Terjemahannya:
Tuhan Yang Maha Esa, semoga kami memperoleh seorang putra yang gagah berani giat, cerdas, yang mampu memeras soma dan percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa lahir pada kami.
Pisangarupah subharo vayodhah srusti viro jayate dewakamah (Rg Weda II.4.9)
Terjemahannya:
Tuhan Yang Maha Esa, semoga kami memproleh seorang putra yang berkulit kuning langsat yang berpotongan bagus yang panjang umur, yang berani dan bajik.

Te sunah swaspasah sudamasah (Rg Weda I.159.3)
Terjemahannya:
Putra-putra ini amat giat bekerja dan memiliki kekuatan-kekuatan yang mengagumkan

Sadhum putram hiranyayam (Atharwa Weda XX.129.5)
Terjemahannya:
Semoga kami memperoleh seorang putra yang mulia dan makmur

Ehy-asanam a tista asma bhawantu te tanuh (Atharwa Weda II.13.4)
Terjemahannya:
Wahai putra kemarilah dan berdirilah di atas batu ini, semoga tubuhmu kuat seperti sebongkah batu.

Yad bhadrasya purusasya putra bhawati dadhrshih (Atharwaweda XX.128.3)
Terjemahannya:
Dengan sesunguhnya anak laki-laki seorang ayah yang mat terkenal (termasyur) menjadi mulia

Anuvratah pituh putro, mata bhawantu sammanah (Atharwaweda III.30.2)
Terjemahannya:
Hendaknya anak laki-laki patuh epada ayahnya dan menyenangkan hati ibunya

Garbhair hamairjatakrama,
Caudamahuncini bandhanah
Baicikam garbhairkam caino,
Dwi janama pamujiate (Manawadharmasastra  II. 27)
Terjemahannya:
Dengan membakar bau-bauan harum pada waktu kehamilan, dengan upacara pitakarma (bayi waktu lahir), upacara cauda (gunting rambut pertama) dan upacara mahunji bandhaa (upacara memberikan kalung/ gelang) maka kekotoran yang didapat dari orang tua akan hilang.

Prangnabhi wardhanatpumso
Jatakarma widhyate
Mantrawatpracanam casya
Hirayamandhu sarpisam (Manawadharmasastra. II.29)
Terjemahannya:
Sebelum talipusar dipotong upacara jatakarma (upacara baru lahir) harus dilakukan untuk bayi laki-laki dan sementara mantra-mantra suci sedang diucapkan itu harus diberi makan madu dan mentega dengan sendok emas

Namadeyam dacamyam
tu dwadacyan wasya karayet
punye tithau nyhurte wa
naksatre wa gunanwite ((Manawadharmasastra. II.29)
Terjemahannya:
Kemudian hendaknya orang tua melakukan upacara namadheya pada umur 10 atau 12 tahun hari setelah kelahirannya, atau pada waktu suatu hari baik dalam kedudukan muhurta dibawah bintang-bintang yang membawa kebahagiaan.

Caturthe masi kartwya
Cicorniskramanam grhat
Sasthe nnapracanam masi
Yadwetam manggalam kule (Manawadharmasastra.II.34)

Terjemahannya:
Pada waktu bulan yang keempat harus dilakukan upacara Niskramana bagi bayi itu dan pada waktu umur enam bulan dilakukan upacara annaprasana dan wajib pula melakukan upacara kesucian yang biasa dilakukan dalam upacara itu

Garbhastame bde kurwita
brahmanasyopanayam grbhadekadace rajno
garbttu dwadace wicah (Manawadharmasastra II.36)
Terjemahannya:
Pada tahun kedelapan setelah pembuahan seseorang harus melakukan upacara upanayana bagi golongan brahmana pada tahun kesebelas bagi ksatriaya sedangkan bagi bagi waisiaya pada tahun kedua belas.

Brahma warcasakam asya
Karyam wiprasya pancame
Rajno balarthinah sasthe
Waicasye harthino’ stame (Manawadharmasastra, II 37)
Terjemahannya:
Namun yang ingin ahli Weda harus melakukannya pada tahun ke 5, kesatria yang ingin perkasa memulai pada tahun ke enam, dan wesia yang berhasil dilakukan pada tahun kedelapn setelah pembuahan.

Asodacad brahmanasya
sawitri natiwartate
adwawimcat ksetra bandosa
Catur wimcate wicah (Manawadharmasastra, II.38)
Terjemahannya:
Waktu untuk melakukan upacara sawitri bagi seorang Brahmana tidak boleh lebih sampai genap umurnya 16 tahun setelah lahir, bagi ksatriya tidak boleh lebih dari umurnya 24 tahun

Atta urdhwam trayo pyete
Yatha kalama samskrtah
Sawitri patita wratya
Bhawantyarya wirgatah (Manawadharmasastra.II.39)
Terjemahannya:
Kalau sampai pada masa-masa itu orang belum meperoleh sakramen menurut waktunya bagi ketiga golongan ini, mereka dogolongkan Wrtaya serta dikeluarkan dari upacara sawitri dan tidak layak sebagai arya

Dasa puuvaanparaan vamsyan
Aatmanam caikavim sakam
Braahmiputrah sukrita krnmoca
Yedenasah pitr rna (Manawa Dharmasastra III.37)
Terjemahannya:
Seorang anak yang lahir dari Brahma Vivaha, jika ia melakukan perbuatan baik akan dapat membebaskan dosa-dosa sepuluh tingkat leluhurnya dan sepuluh tingkat keturunannya dan ia sendiri yang kedua puluh satu.

Tuhun gawayanin suta nutanekeneka gawaya nika sang yayah juga Ika muhara harsaning yayah agong ri gati nika taman salah gawe, Samangkana kumawhruhig matanaya riawak ika sagunaya tan hilang, Tekap ni gatining suta ngulahaken gawaya guna saka wruhing yayah (Putra Sesana, 3)
Terjemahannya:
Segala kegiatan si anak harus mencontoh bakat baik orang tua itulah yang menyebabkan senangnya orang tua, karena prilakunya sangat tepat. Demikianlah orang tua harus patut mendidik anak agar kepandaiannya dapat di wariskan sehinga tidak punah. Oleh si anaklah yang patut menerima segala pekerjaan dan kepandaian orang tua.
Tingkahning suta cakasaneka kadi raja-tanaya ri sedeng limang tahun Saptaning warsa waraahulun sapuluhing tahun ika-taha wuruhken ring aksara yapwan sodacawara tulya wara mitra tinaha-taha denta midanaYan wus putra suputra tinghalana salahika wuruken ing nayengga (Nitisastra IV.20)
Terjemahannya:
Anak yang berumur lima tahun hendaknya diperlakuakan seperti anak raja, Jika sudah berumur tujuh tahun dilatih agar suka menurut, Jika sudah sepuluh tahun dipelajari membaca. Jika sudah enam belas tahun, diperlakukan sebagai sahabat, kalau kita mau menunjukan kesalahan harus dengan hati-hati sekali. Jika ia sendiri sudah beranak, diamati saja tingkah lakunya, kalau hendak memberi pelajaran kepadanya cukup dengan gerakan dan alamat.

Nihan  singgah anak, ikang carananing anatha, tumulung kadang kalaran doning saktinya, danakena donya antuknya angarjana, pangenening daridra donyan pasuruhan, ikang mangkana, yatikanak ngaranya.(Saracamuccaya 228)

Terjemashannya:
Yang dianggap anak adalah orang yang menjadi pelindung orang yang memerlukan pertolongan serta untuk menolong kaum kerabat yang tertimpa kesengsaraan, untuk disedekahkan tujuannya, akan segala hasil usahanya, gunanya ia memasak, meyediakan makanan untuk orang-orang miskin, orang yang demikian itu putra sejati namanya.

Nyang waneh ikang wwang pinaracrayana kadangnya, kadi lwir sang hyng indra, an pinakakahuripaning sarwabhawa mwang kadi lwiring kayu, an pinakakahuripaning manuk, mangkana ta ya, pinakakahuripaning katumbanya, ikang wwang mangkana ya tikanak ngaranya.(Saracamuccaya 229)
Terjemahannya:
Demikian pula yang dijadikan tempat berlindung oleh, kaum kerabatnya sebagai hal Dewa Indra, Dewa hujan yang merupakan sumber kehidupan sekalian mahkluk dan bagaikan pohon kayu rindang yang meupakan kehidupan burung, demikialah ia itu merupakan kehidupan orang-orang seisi rumahnya, orang yang demikian keadaanya itulah sejati namanya.

Ikang anak ngarannya, matrtpitining bapa gina wenya, Kunang ikang bapa, sakwehning sukhaning anak ginawenya, Apan tan hana tinengetning bapa, cariranira towi, winehakenira ta ya (Saracamusccaya 243)

Terjemahannya:
Yang disebut anak, patutnya membuat agar si bapa puas hatinya, sedangkan si bapa sebanyak-bnyaknya kesenangan si anak dikerjakan olehnya, sebab tidak aada yang dikikirka sibapa, badannya sekalipun akan direlakannya.

Mangkana ikang ibu, arata jugasihnira manak ya, apan wenang tan wenang, saguna, nirguna, daridra, sugih, ikang awak, kapwa rinaksanira, iningunira ika, tan hana ta pwa kadi sira, ring masiha mangingwana (Saracamusccaya 244
Terjemahannya:
Demikianlah si ibu, rata benar cinta kasihnya kepada anak-anaknya, sebab baik cakap ataupun tidak cakap, berkbajikan ataupun tidak, miskin atau kaya raya anak-anaknya itu semua dijaga baik-baik olehnya, dan diasuhnya mereka itu tidak ada yang melebihi kecintaannya beliau dalam hal mengasihi dan mengasuh anak-anaknya

            Te putra ye pitur bhaktah
            Sa pit yastu posakah
            Tam mitram yatra wiswasah
            Sa bharya yatra nirwtih (Canakya Nitisastra. II,4)
Terjemahannya:
Yang disebut putra adalah mereka yang bhakti kepada Bapak. Yang disebut Bapak adalah dia yang menaggung memelihara anak-anaknya. Yang disebut teman adalah dia yang memiliki rasa percaya dan bisa dipercaya dan seorang istri adalah dia yang selalu memberiakn kebahagian


            Putras ca vividhaih silair
            Niyojyah satatam budhih
            Niti-jnah sila sampanna
            Bhawanti kula pujitah (Canakya Nitisatra II.10)
Terjemahannya:
Orang bijaksana hendaknya mengajarkan putranya tatasusila, pengetahuan Nitisastra dan ilmu pengetahuan suci lainnya, sebab seorang putra yang mahir dalam pengetahuan Nitisatra dan pengetahuan suci lainnya akan meyebabkan keluarga terpuji.

            Mata satru pita bairi
            Yena balo na pathitah
            Na sobhate sabha madhye
            Hamsa madye bako yatha (Canakya Nitisatra II.10)
Terjemahannya:
Seorang Bapak dan ibu yang tidak memberikan pelajaran kesuciannya kepada anaknya, mereka berdua adalah musuh dari anak tersebut. Anak tersebut tidak aka nada artinya di masyarakat, bagaikan seekor bangau di tengah-tengah kumpulan burung angsa.

Lananad bahavo dosas
Tadanad bahavo gunah
Tasmat putram ca sisyam
Tadeyam na tu lalayet (Canakya Nitisastra II,12)
Terjemahannya:

Anak yang dididik dengan memanjakan akan menjadi durhaka dan jahat Sedangkan dengan memberikan hukuman-hukuman ia akan menjadi baik. Oleh karena itu, didiklah putra-putri dan murid-murid anda dengan cara memberikan hukuman-hukuman dan tidak dengan memanjakan.

Abhyadad dharyate vidya
Kulum silena dharyate
Gunena jnayate tvvaryah
Kopo netrena gamyate (Canakya Nitisatra III.8)
Terjemahannya:
Ilmu pengetahuan itu dipelihara dengan mempraktekannya, Kemuliaan keluarga dipelihara dengan tingkah laku yang baik Orang terhormat dapat dilihat dari sifat-sifat luhurnya dan kalau marah dapat dilihat dari matanya

Ekanapi suvksena
Puspitena suganddhita
Wasistem tadvanam sarwam
Suputrena kulam yatha (Canakya Nitisastra III,12)
Terjemahannya:
Seluruh hutan menjadi wangi hanya karena ada sebuah pohon dengan bunga indah dan harum semerbak. Begitu juga kalau didalam keluarga terhadap seorang anak yang suputra.

Ekena suska-vrksena
Dahyamanena vahnina
Dahyate tadvanam sarwam
kuputrena kulam yatha (Canakya Nitisastra III,15)
Terjemahannya:
Seluruh hutan terbakar hangus hanya karena satu pohon kering yang terbakar. Begitulah seorang anak yang kuputra mengahncurkan dan meberikan abib bagi kleuarganya

Ekenapi suputrena
Vidya yuktena sadhuna
Ahladitam kulam sarwam
Yatha candrena sarwari (Canakya Nitisastra III,15)
Terjemahannya:
Sebagaiman bulan menerangi malam hari dengan cahayanya yang terang menyejukkan, begitulah seorang anak suputra yang berpengetahuan rohani, insaf akan dirinya dan bijaksana. Anak suputra ini menyebabkan seluruh keluarganya selalu dalam kebahagiaan.

Kim jatair bahubhih putraih
soka santapakaih
varamekah kulalambi
yatra visramyate kulam (Canakya Nitisastra III,15)
Terjemahannya:
Apa gunanya melahirkan anak terlalu banyak kalau mereka hanya mengakibatkan kesengsaraan dan selalu memberikan kedukaan. Walaupunseorang anak tetapi berkepribadian utama dan membentu keluarga satu anak yang meringankan keluarga inilah paling baik.

Lalayet panca varsani
Dasa varsani tadayet
Prapte tu sodase varse
Putram mitravadacaret (Canakya Nitisastra III,18)
Terjemahannya:
Asuhlah putra dengan cara memanjakannya sampai berumur lima tahun, memberikan hukuman-hukuman selama sepuluh tahun berikutnya. Kalau ia sudah menginjak umur enam belas tahun didiklah ia dengan cara berteman

Kupasataswai paramam sarapi
Sarah sated wai parama pi yajnah
Yajnahsatad wai paramapi putra

Kalingganya, hana pawekang magawe sumur satus alah ika dening magawe.Telaga seratus, alah ika palanya  dening wwang magaweakan yajna sapisan. Atyanta luwih ing gumawe aken yajna. Kunangikang wwang  wwang mayajna ping satus alah ika  phalanya dening kang wwang maanak tunggal, yang anak wisesa. Kalingganya ikang manak aneka tan lwih phalanya.
Terjemahannya:
Membuat telag untuk umu lebih baik daripada menggali sertus sumur, melakukan yajna sekali lebih utama dari membuat seratus telaga, empunyai anak yang suputra lebih utama daripada melakukan seratus yajna.

Sanghyang Chandra Tranggana  pinaka dipa memadangi ri kalaning wengi Sanghyang Surya sedeng prabhasa, Maka dipa memandangi bhumi mandala Widhya sastra suddharma dipanikanang tribhuana sumene prabhasa, Yan ning putra suputra sadhu gunawan, Memandangi kula wandhu wandhawa (Niti Sastra IV)
Terjemahannya;
Bulan dan bintang bersinar, sebagi pelita, Menerangi dikala malam.Matahari terbit, sebagi pelita menerangi seluruh wilayah bumi, Ilmu pengetahuan, sastra yangutama, sebagai pelita menerangi ketiga dunia dengan sempurna, kalau dikalangan putra (anak),anak yang utama sebagai pelita menerangi seluruh keluarga.


Disalin oleh: Kadek Yogiarta,
Dharma Duta PHDI Prov. Sultra 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar