Rabu, 20 November 2013

Dewa Siwa (Perusak Atau Pelebur)

I Nyoman Suweta, S.Ag
Di sebuah sekolah menengah pertama di Kota Bau-bau, beberapa siswa melapor bahwa seorang oknum guru mengajar IPS terpadu, mengatakan bahwa Dewa Siwa dalam agama Hindu sebagai Dewa perusak, hal ini didasarkan pada buku paket yang mereka gunakan. Sontak saja siswa yang beragama Hindu protes, yang membuat kita miris dan prihatin kenapa kurikulum yang nyata mendeskreditkan agama Hindu bisa lolos seleksi dari Dinas. Ini sudah tidak sesuai dengan UU sisdiknas. Tak kalah terkejutnya pula saya membaca makalah mahasiswa Hindu yang di dalamnya juga termuat bahwa Dewa Siwa adalah Dewa Perusak, saya bisa menebak isinya pastilah copasan dari internet atau lainnya yang tidak bersumber dari sumber original agama Hindu. Penghinaan terhadap agama Hindu seakan sudah lumrah dalam pergaulan sosial keagamaan, mungkin ini adalah sebuah tuduhan yang tidak berdasar atau mungkin sebuah kesengajaan untuk tetap menjaga keunggulan agama tertentu dengan merendahkan agama Hindu berarti meninggikan agama tertentu. Lalu bagaimana sebenarnya? Dalam kosmologi agama Hindu yang bersifat siklis, semesta dan isinya mengalami tiga tri kona yaitu penciptaan, pemeliharaan dan peleburan. Dalam fungsi ini
Brahman berwujud sebagai Tri Murti yaitu Brahma manifestasi sebagai pencipta, Visnu sebagai pemelihara dan Siva sebagai pelebur. Pelebur sangat berbeda dengan perusak, perusak memiliki makna negatif, sinisme atau merendahkan. Dalam kata merusak selalu beriringan dengan sifat negatif seperti membabi buta, marah, dengki, tindakan tidak terkontrol dan lainnya. Kata perusak akan mengingatkan kita dengan perbuatan jahat, misalnya para pendemo anarkis yang merusak properti dan pasilitas pemerintah, tempat ibadah agama lain sambil meneriakan nama Tuhannya, atau orang marah merusak rumahnya sendiri atau merusak kebun singkong tetangganya. Jika benar Dewa Siva sebagai dewa perusak, Tuhan tak perlu bermanifestasi untuk melakukan hal tersebut, dengan mengambil kembali spirit hidup (atman) dalam setiap mahkluk maka segera akan terjadi kehancuran, atau menghancurkan semesta ini dengan tidak bekerja sedetik saja. Mari lihat Bhagawadgita III.24 :

Utsideyur ime loka
Na kuryam karma ced aham,
Samskarasya ca karta syam
Upahanyam imah pprajah
Artinya:
Dunia ini akan hancur jika aku tidak bekerja
Aku akan jadi pencipta kekacauan ini dan memusnahkan manusia ini semua.

Dewa Siva sendiri sangat jauh dari ekspektasi kebencian, dan kedengkian ataupun kemarahan, kata Siva oleh Munir dalam Sanskrit-Englihs Dictionary diartikan yang memberi keberuntungan (kerahayuan), yang baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan, memberi harapan, yang tenang, membahagiakan dan sejenisnya. Tak ada arti tentang penghancuran dan pengrusakan. Malahan ajaran penyebaran kebencian dan ajaran pengusakan tersebut menurut Madrasutha dalam Tuhan Agama dan Negara, banyak ditemukan dalam agama-agama sematik seperti pemarah, pencemburu, pembenci, pembalas dendam, penganjur kekerasan, pembenaran pembunuhan orang yang tidak seagama dengan dirinya, penjarahan dll. Menurut Svami Dayananda Saraswati, agama yang mengajarkan kebencian, kekerasan, menganjurkan perang semata karena perbedaan keyakinan, membenarkan penjarahan, pemerkosaan dan perbudaan, pastilah tidak berasal dari Tuhan tidak pula dari manusia yang tercerahkan. Di dalam agama Hindu sifat-sifat seperti itu disebut asuri sampad atau sifat-sifat asura (raksasa) (mirip dengan sifat setan atau iblis dalam terminologi agama-agama semetik). Lawan dari asuri sampad adalah daivi sampad, sifat-sifat kedewataan seperti sabar, pengampun, cinta, bijaksana dll. Para Deva khususnya Dewa Siva sangat jauh dari sifat-sifat buruk seperti asuri sampad bahkan para Maha Rsi, Yogi pun jauuh dari sifat tersebut bahkan mungkin memiliki kualitas moral yang lebih tinggi dari Tuhan agama semetik. Untuk membuktikan para dewa atau Tuhan Hindu bebas dari sifat ini mari kita lihat Bhagawadgita IX.29 :
Samo’ ham sarwabhutesu
Na medwasyo ‘sti na priyah
Ye bhajanti tu mam bhaktya
Mayite tesu capy aham
Artinya :
Aku adalah sama bagi semua mahkluk
Bagi-Ku tiada yang terbenci dan terkasihi
Tetapi mereka yang berbakti padaKu dengan penuh kesungguhan
Mereka ada padaKu dan Aku ada pada mereka.

Manifestasi Siva adalah pelebur atau pramalina (mengembalikan))sangat jauh berbeda dengan pengerusak. Pelebur artinya meregenerasi kembali dari yang sudah tidak bermanfaat menjadi yang bermanfaat. Ibarat pande emas yang melebur cicin tua kembali menjadi emas, agar dapat dibentuk cincin atau perhiasan baru yang lebih baik. Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya kalo seandainya tak ada peleburan, semuanya mayat dan bangkai masih utuh dari milyaran tahun terbentuknya semesta, sampah daun dan lainnya tak dapat terurai. Seperti apa wajah bumi kita ini saat ini. Jangankan semua sampah plastic saja yang lambat terurai sudah menjadi persoalan yang luar biasa di muka bumi apalagi semuanya tak terurai, mungkin alam semesta sudah musnah. Pramalina artinya mengembalikan semua yang sudah tidak bermanfaat, mengembalikan semua yang sudah usang di dunia ini. Mengembalikan semua unsur Panca mahabhuta sebagai zat pembentuk badan, dan mengembalikan jiwa (atman) ke dalam kebahagianaan. Ibarat seorang anak yang merantau dan tinggal di dalam gubuk yang telah rusak dan bocor, jika seorang ibu memintanya untuk pulang ke rumahnya yang lebih baik, apakah hal tersebut sebuah kejahatan atau kebencian? Itulah cinta dan kasih saying, demikian juga Deva Siva sebagai pemeralina, mengembalikan setiap jiwa yang tak layak lagi tinggal dalam badan yang telah rusak. Ekspektasi tersebut sangat jauh dari kata merusak yang merupakan produk dari kebencian dan kejahatan, tetapi sebaliknya Dewa Siva adalah Deva pengasih dan penyayang. Satyam Sivam Sundaram (kebenaran, kebaikan, keindahan).

Pertanyaan dan Komentar 085242037528, Nyoman Suweta, S.Ag

Refrensi :
Titib, I Made, Teologi simbol-simbol dalam agama Hindu, Paramitha Surabaya bekerjasama dengan Badan Litbang PHDI Pusat, 2001
Pudja, Gede, Bhagawadgita (pancama Veda)
Madrasuta, Ngakan Made, Tuhan Agama dan Negara, Media Hindu 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar