Sekilas Makna Yang
Terkandung Didalamnya*
Kadek
Yogiarta**
Badan Penyiaran Hindu Prov. Sultra
Ananyas cintayanto mam
Ye Janah Paryupasyate,
Tesam niktyam byuktaman
Yoga Ksama Wahami aham, (Bhagawadgita, Bab
IX.22)
Terjemahannya:
Mereka yang Memuja Aku sendiri,
mengingat Aku selalu,
kepada mereka akan
Aku bawakan apa yang mereka perlukan dan
akan Aku lindungi
apa yang mereka miliki
Pendahuluan
Istilah Tri Sandhya
bagi umat Hindu bukan sesuatu hal yang baru, akan tetapi sadhana ini atau praktek
agama ini telah dilaksanakan tentunya dalam kehidupan umat beragama Hindu
bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi dikalangan sebagian umat Tri
sandhya belum menjadi pembiasaan atau
kebutuhan yang mutlak dan mesti
dilaksanakan sebagai identitas pemeluk Hindu, hal ini nampak dalam kehidupan
umat baik dalam komunitas yang kecil yaitu dalam keluarga maupun yang besar
dalam masyarakat, terutama umat yang berada di pedesan. Sesungguhnya masyarakat
Hindu dalam generasi atau di era sekarang telah mengenal baik Tri Sandhya ini,
mengapa demikian karena sejak dini, anak-anak telah diperkenalkan dengan yang
namanya Puja Tri Sandya, bahkan dalam ranah formal pun praktek atau materi puja
Tri Sandya ini telah diberikan oleh tenaga pendidik, yang bertujuan agar para
peserta didik mengenal ajaran dan mempraktekkan agamanya sejak dini, guna
terbangunnya militansi agama yang mengarah pada peningkatan sraddha dan
bahktinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Timbul berbagai macam pertanyaan
dikalangan umat yang masih awam tentunya, bahwa mengapa kita wajib melaksanakan
puja Tri Sandhya, apakah sumber ajaran ini, bagaimana bila tidak mampu
melaksanakan hal tersebut? Apakah harus melaksanakan puja Tri Sandya itu harus
ditempat yang dipandang suci, dan lain sebagainya, pertanyaan ini muncul akibat
belum memasyarakatnya Tri Sandhya dan pemahamannya secara baik. Dalam tulisan
singkat ini akan dibahas tentang makna Tri Sandhya.
Pengertian
Tri Sandhya dan Lahirnya Puja Tri Sandhya
Tri Sandhya
berasal dari kata Tri dan Sandhya, Tri artinya tiga dan Sandhya artinya
hubungan atau sembahyang, dengan demikian Tri Sandhya adalah sembahyang tiga
kali. Tri Sandhya adalah sembahyang wajib yang dilakukan oleh umat Hindu tiga
kali dalam sehari. Sembahyang rutin ini diamanatkan dalam kitab suci Veda dan
sudah dilaksanakan sejak ribuan tahun yang lalu. Kapan saat yang tepat
melaksanakan puja Tri Sandhya, seperti dimaklumi bahwa bait pertama dari
seluruh mantram Tri Sandhya yang berjumlah enam bait, adalah gayatri mantram,
mantram yang sangat dikeramatkan dan diyakini menyucikan diri pribadi
pemujanya. Pada mantram gayatri ini yang menjadi istadewata (dewata pujaan
tertinggi manifestasiNya) adalah Sawitri, manifestasi Tuhan Yang Maha Esa
sebagai pemberi inspirasi, dorongan untuk senantiasa berbuat baik, Dewi Sawitri
disebut juga Bharati atau Saraswati (dewi kebudayaan dan kebijaksanaan).
Gayatri atau Sawitri adalah nama lain dari surya terutama dikaitkan dengan
fajar,
=============================================================
* Materi disampaikan dalam acara Binroh Hindu Keluarga Telkom
Kendari pada hari Sabtu, 15 Juni 2013
**Pemateri adalah Alumni IHDN Denpasar 2009, Dharma Duta PHDI Prov. Sultra,
Penyuluh Agama Hindu Non PNS Kanwil Kementrian Agama Prov. Sultra, Guru Agama
Hindu SMA Negeri 1 Lambuya Pemda Konawe, SMA Negeri 1 dan 5 Kendari, Dosen Luar
Biasa Agama Hindu Unhalu, Akper Pemda Konawe, Akbid Konawe, juga sekaligus
Sekretaris Badan Penyiaran Hindu Prov. Sultra
matahari pagi, saat fajar adalah saat
yang baik untuk melakukan pemujaan kepadaNya. Mengingat kitab suci Veda (Reg
Weda V.54.6) mengamanatkan sembahyang tiga kali sehari, maka menurut Taitriya
Aranyaka Upanisad sembahyang memuja Dewi Sawitri hendaknya dilakukan saat
fajar, matahari di atas kepala, dan pada saat menjelang malam. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka puja atau sembahyang Tri Sandhya dilaksanakan tiga
kali pada saat seperti tersebut di atas.
Berdasarkan
informasi bahwa di Indonesia sejak tahun 1950-an buku Trisandhya diterbitkan,
Pada waktu itu Prof. Pandit Shastri menerbitkan buku Puja Trisandhya, sebuah
buku saku yang dicetak dengan huruf Bali dan huruf Latin yang bagus. Tiada lama
setelah itu menyusul terbit buku Upadeca yang tulis oleh sebuah team. Mula-mula
buku itu diterbitkan dalam bentuk stensilan, namun kemudian dicetak
berulang-ulang. Buku ini tersebar luas dan besar benar jasanya dalam
memperkenalkan pokok-pokok ajaran Agama Hindu. Dalam buku inilah ditulis Puja Tri
Sandhya dan pedoman sembahyang yang cukup baik, namun sebagai buku perintis
pada masa ini memerlukan perbaikan-perbaikan. Setelah terbitnya buku Upadeca
terbit buku-buku tentang Tri Sandhya dan buku-buku pedoman sembahyang seperti
Tuntutan Muspa Bagi Umat Hindu, oleh I Gusti Ketut Kaler, buku-buku pelajaran
agama untuk sekolah, yang semuanya memuat pelajaran Trisandhya atau sembahyang.
Antara buku yang satu dengan buku yang lain, terdapat perbedaan-perbedaan kecil
tentang teks, terjemahan berkaitan dengan mantra-mantra Trisandhya dan
sembahyang itu. Karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut, kemudian dikaji
kembali dengan mempelajari beberapa teks mantram-mantram tersebut dari beberapa
sumber, antara lain dari Veda Sanggraha yang diterbitkan oleh Parisada Dharma
Hindu Bali tahun 1963, Stuti and Stava oleh C. Hoykaas, Narayana Upanisad dan
mengamati bahasanya dari aturan tata bahasa Sanskerta. Berdasarkan tulisan dari
tokoh Hindu I Gde Sura dan Ida Bagus Kade Sindhu yang yang didasardasarkan
pengamatan mereka atas sumber-sumber tersebut, maka dicoba direkonstruksi
mantram-mantram tersebut dan hasilnya diterima oleh Paruman Sulinggih PHDI Bali
tahun 1989. Hasil Paruman tersebut kemudian dijadikan salah satu materi
Mahasabdha ke VI PHDI Pusat di Jakarta tahun 1991 yang kemudian menjadi salah
satu keputusan Mahasabha itu. Maka dengan demikian Trisandhya dan Pedoman
Sembahyang ini yang menjadi keputusan Mahasabha itu dijadikan pedoman yang
ditetapkan oleh PHDI Pusat yang kita kenal sekarang.
Bila kita tidak
tekun melaksanakan Tri Sandhya berarti kita tidak secara sungguh-sungguh
mengamalkan ajaran yang terkandung dalam kitab suci Weda. Banyak hambatan yang dialami mengapa seseorang tidak tekun
melaksanakan puja atau sembahyang Tri Sandhya, beberapa hambatan tersebut
diantaranya karena kurang memahami makna yang terkandung dalam melaksanakan
puja Tri Sandhya, karena enggan sebab belum terbiasa (abhyasa), bahasanya tidak
atau kurang dipahami dan lain sebagainya.
Makna
Yang Terkandung Dalam Puja Tri Sandhya
Ketika pertempuran di medan perang
Kurusetra akan dimulai, Sri Kresna bersabda kepada Arjuna, “bahwa diantara
seluruh jenis yadnya, yadnya pengetahuanlah yang paling utama, sebab yadnya
tersebut mampu menyelamatkan diri seseorang dari lautan kelahiran dan kematian”.
Sri” Kresna juga mengumandangkan dalam gita IV. 36 Walaupun engkau dianggap
sebagai orang yang paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, namun
apabila engkau berada di dalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat
menyeberangi lautan kesengsaraan.”. Dari sabda dan sloka ini ditegaskan bahwa
melalui ilmu pengetahuanlah ‘keharmonisan’ akan tercapai.
Jika ulasan di atas dikaitkan
dengan mantra ‘Puja Tri Sandhya’ maka akan ditemukan esensinya, yakni mantra
yang ada di dalam ‘Puja Tri Sandhya’ merupakan salah satu ilmu pengetahuan suci
yang harus diketahui oleh semua pihak yang esensinya sampai saat ini belum
banyak diketahui orang. Puja Tri Sandhya merupakan ibu mantra dan intisari dari
seluruh mantra-mantra Weda yang mampu membawa umat manusia menuju ke arah
peningkatan kualitas diri. Mantra Puja Tri Sandhya merupakan media yang paling
sesuai digunakan pada zaman Kali, di mana manusia dalam waktu hidup yang
singkat harus berlomba dengan waktu demi memenuhi kebutuhan jasmaninya sehingga
manusia tak punya banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan rohani seperti yang
dilakukan oleh Mahārsi terdahulu sebagai contoh melakukan tapa yang cukup
lama. Dalam sastra suci Weda disebutkan bahwa melakukan ‘Japa’ atau menyebut
nama suci Tuhan berulang-ulang merupakan salah satu cara yang paling baik untuk
meningkatkan spritualitas seseorang di zaman Kali ini dan dengan melakukan puja
‘Tri Sandhya’ berarti Japa-pun sudah kita lakukan. Mantra ‘Puja Tri Sandhya’
merupakan intisari dari seluruh mantra-mantra suci Weda, hal ini dikarenakan
mantra ‘Puja Tri Sandhya’ telah mencakup segala jenis aspek dan pujian kepada
‘Brahman’ atau Tuhan Yang Maha Esa dan di antaranya;
1.
Dengan
melakukan ‘Puja Tri Sandhya’ berarti kita telah melakukan Japa, karena kita
telah mengucapkan mantra suci ‘Om’ dalam setiap baitnya yang berarti kita telah
menyebut aksara suci Tuhan secara berulang. Dimana kata ‘Om’
memiliki arti ‘Brahman’. Om adalah merupakan seruan yang tertua kepada Tuhan
yang memiliki tiga fungsi kemahakuasaan Tuhan. Tiga fungsi itu adalah,
mencipta, memelihara dan mengakhiri segala ciptaan-Nya di alam ini. Dalam
Manawadharmasastra II.83 dan 84 dinyatakan bahwa Eka aksara Om adalah Brahman
yang tertinggi. Ketahuilah bahwa Om kara itu kekal abadi dan itu adalah Brahman
pengusa semua ciptaan. Dalam Manawadharmasastra II.76 dinyatakan bahwa aksara
Om Kara itu berasal dari aksara A, U, M dari suara tiga Weda dan inti Vyahrti
Mantra. Wyahrti matra itu adalah Bhur, Bwah dan Swah yang mengupas tiga Weda,
dan aksara AUM itu adalah prajapati Tuhan sebagai rajanya mahkluk. Kemudian
Dalam Weda Parikrama sebutan Om kata suci dan agung yang memiliki keuatan gaib
dan sakti karena itu kata Om banyak dipergunakan di dalam kitab Aranyaka
Upanisad. Dengan demikian bahwa kata Om adalah aksara untuk penyebutan nama
suci Tuhan, sehingga jiwa tercerahi.
2. Dengan melakukan
‘Puja Tri Sandhya’ berarti kita telah mengakui dan memuji Keagungan Tuhan dalam
bentuk pengucapan ‘mantra Gayatri’ yang terletak pada bait pertama. ‘Gayatri
mantra’ adalah mantra yang paling mulia di antara semua mantra. Ia adalah ibu
mantra, dinyanyikan oleh semua orang beragama Hindu waktu sembahyang. Mantra
ini paling mulia karena :
One reason why
the Gayatri is considered to be the most representative prayer in the Vedas is
that is capable of possesing “dhi”, higher intelligence which brings him
knowledge, material and transendental. What the eye is to the body “dhi” or
intelligence is to the mind. (The Call of Vedas, p. 108-109). “Suatu sebab
mengapa gayatri dipandang dan yang mewakili segala di dalam Veda ialah karena
ia adalah doa untuk daya kekuatan yang dapat dimiliki orang ialah: “dhi” yaitu
kecerdasan yang tinggi yang memberikan padanya pengetahuan, materi dan
kemampuan mengatasi hal-hal keduniawian. Sebagai halnya mata bagi badan,
demikian “dhi” atau kecerdasan untuk pikiran.” Mantra ini bersumber dari kitab
Reg Weda III.62.10 yang berbunyi:
Om bhūr bhuvah
svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya
dhīmahi
dhiyo yo nah
pracodayāt
Artinya :
Kami menyembah
kecemerlangan dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi yang menguasai bhur, bwah dan
swah, semoga Sang Hyang Widhi menganugrahkan kecerdasan dan semangat pada
pikiran kami.
Dengan
mengucapkan mantra ini berarti kita telah mengakui keagungan Tuhan yang telah
memberi manusia kecerdasan dan pengetahuan yang menjadikan manusia sebagai
makhluk yang paling beruntung,
3.
Dengan
melakukan ‘Puja Tri Sandhya’ berarti kita telah mengakui ‘Tuhan hanya satu dan
merupakan sumber dari segalanya’ dan beliau disebut ‘Narayana’. Mantra bait ke
dua dalam puja Tri Sandhya ini bersumber dari kitab Narayana Upanisad 2, yang
berbunyi :
Om nārāyana
evedam sarvam
Yad bhūtam
yac ca bhavyam
Niṣkalaṅko nirañjano
nirvikalpo
Nirākhyātaḥ śuddho devo eko
Nārāyanah
na dvitīyo ‘sti kaścit
Artinya :
O Tuhan Nārāyaṇa adalah semua
ini, apa yang telah ada dan apa yang akan ada bebas dari noda, bebas dari
kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah Nārāyaṇa, Ia hanya
satu tidak ada yang kedua.
Mantra ini
adalah salah satu dari suatu rangkaian mantra yang panjang disebut Catur Veda
Sirah (Empat Veda Kepala). Catur Veda Sirah ini adalah salinan Nārāyana
Upanisad, sebuah Upanisad kecil. Di
sini dinyatakan bahwa Tuhan adalah segalanya yang luput dari segala noda.
4.
Dengan
melakukan ‘Puja Tri Sandhya’ berarti kita telah mengakui bahwa Tuhan itu Maha
Kuasa dan memiliki banyak manifestasi atau nama (visvarupam). Bait mantra
ketiga ini bersumber dari ajaran Siwa yaitu Siwastawa 3 yang berbunyi:
Om tvam
śivah tvam mahādevah
īśvarah
parameśvarah
brahmā visnuśca
rudraśca
purusah
parikīrtitāh
Artinya:
O Tuhan Engkau
disebut sebagai Śiwa, Mahādewa, Īśwara, Parameśwara, Brahmā, Wiṣnu,
Rudra dan Puruṣa.
Dalam mantra ini
kita mengakui banyak sebutan untuk Tuhan itu sendiri,
5.
Dengan
melakukan ‘Puja Tri Sandhya’ kita telah mengakui kesalahan dan dosa yang telah
kita perbuat. Sehingga pada bait ini kita memohon perlindungan diri kepada
Tuhan dan memohon kesucian jiwa dan raga. Mantra dari bait 4-6 bersumber dari
mantra yang sama yaitu Ksamamahadewastuti 2-5 sebagai berikut:
Om pāpo ‘ham
pāpakarmāham
pāpātmā pāpasambhavah
trāhi mām
punḍarīkāksah
sabāhyā bhyantarah
‘śucih
Artinya:
O Tuhan hamba ini
berdosa, perbuatan hamba berdosa, diri hamba berdosa, kelahiran hamba berdosa,
lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.
Pemuja
mengatakan dirinya serba hina serba kurang serba lemah. Hina kerjanya, hina
diri pribadinya, hina lahirnya. Karena itu ia mohon kepada Tuhan untuk
dilindungi dan dibersihkan dari segala noda. Tuhanlah pelindung tertinggi dan
Tuhanlah melimpahkan kesucian untuk dia yang setia mengamalkan ajaran-Nya.
Dalam mantra ini pemuja mengatakan pengakuannya bahwa ia adalah mahluk yang
lemah.
6.
Dengan
melakukan ‘Puja Tri Sandhya’ berarti kita telah memohon pengampunan dosa kepada
Tuhan. Dalam bait ini kita telah mengakui bahwa Tuhan adalah Maha Pelindung dan
Penyelamat yang akan mengampuni seluruh dosa dalam wujud Beliau sebagai Sadā
Śiwa. Adapun bunyi dari bait ke-lima sebagai berikut:
Om ksamasva
mam mahādevah
sarva prāni
hitankarah
maṁ moca sarva
pāpebhyah
Pālayasva
sadāśiva
Artinya:
O Tuhan
ampunilah hamba, Hyang Widhi yang memberikan kesela-matan kepada semua makhluk,
bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba O Hyang Widhi.
Dalam mantram
ini pemuja mengatakan pengakuannya bahwa ia adalah mahluk yang lemah.
7.
Dengan
melakukan ‘Puja Tri Sandhya’ berarti
kita telah memohon pengampunan dosa kepada Tuhan. Kita telah menyadari dan
mengakui segala jenis dosa yang telah kita perbuat, baik dosa perbuatan,
perkataan, dan pikiran. Berikut ini
adalah mantra dari bait ke-enam ‘Puja Tri Sandhya’:
Om ksantavyah
kāyiko dosah
Ksantavyo
vāciko mama
Ksantavyo
mānaso dosah
Tat pramādāt ksamasva
mām
Artinya:
O Tuhan ampunilah
dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa perkataan hamba, ampunilah dosa
pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelalain hamba.
Dalam bait ini
disebutkan, apa saja dosa anggota badan, apa saja dosa kata-kata dan apa saja
dosa pikiran, pemuja memohon kepada Tuhan untuk diampuni. Manusia tidak dapat
bebas dari dosa karena ia diselubungi oleh awidya. Bila seseorang dapat membersihkan
diri dengan amal kebajikan maka kabut kekhilafan yang menyelubungi sang diri
akan menipis dan akan memancarkan cahaya kesucian dari sang diri yang mengantar
seseorang ke alam kesadaran. Atas dasar ini kelepasan akan lebih mudah
diperoleh. Akhirnya setelah mengucapkan mantra terakhir dari ‘Puja Tri Sandhya’
pada bait ke-enam, pemuja lalu mengucapkan mantra penutup, yang bertujuan untuk
memperoleh kedamain (keharmonisan) setelah mengucapkan keenam bait yang ada
dengan penuh keyakinan dan konsentrasi. Mantra penutup itu berbunyi :‘Om Śāntih,
Śāntih, Śāntih. Santhi pertama : memohon kedamaian untuk diri manusia sendiri
agar terhindar dari sifat/sikap tidak bijaksana (Avidya), Santhi kedua :
memohon kedamaian untuk sesama makhluk lainnya agar terhindar dari bencana yang
berasal dari sesama makhluk ciptaan Hyang Widhi (Adi Bhautika), Santhi ketiga :
memohon kedamaian untuk alam semesta/jagat raya sehingga manusia terhindar dari
bencana alam serta terciptanya keharmonisan dan keseimbangan hidup (Adi
Dhaivika)
Dari penjabaran
tentang mantra ‘Puja Tri Sandhya’ di atas dapat disimpulkan bahwa, mantra ‘Tri
Sandhya’ merupakan ibu mantra intisari Weda. Karena dalam mantra ini terdapat
mantra Gayatri dan mencakup seluruh aspek. Mulai dari memuji ke-Agungan Tuhan,
mengakui bahwa Tuhan hanya satu, mengakui banyak manifestai Tuhan, pengakuan
akan dosa yang telah kita lakukan, Memohon perlindungan Tuhan dan mempercayai
bahwa Tuhan adalah pengampun seluruh dosa, dan lain-lain. Bukankah ini semua
merupakan seluruh dari intisari Weda? Ini adalah ibu mantra yang paling praktis
untuk dilakukan di zaman Kali, karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam
pelaksanaannya. Kita tidak lagi harus melakukan pemujaan hingga berjam-jam.
Walaupun singkat dan praktis namun esensi dari ibu mantra ini mencakup ‘Catur
Weda’. Dengan demikian hanya dengan melakukan ‘Puja Tri Sandhya’ secara rutin
sama halnya dengan kita membaca seluruh sloka-sloka suci Weda guna menuju hidup
yang harmonis. Ini membuktikan bahwa Puja Tri Sandhya sangat sempurna, karena
seluruh intisari Weda telah tertuang dalam ibu mantra ini.
Singkatnya,
Mantra Puja Tri Sandhya merupakan cara yang paling praktis yang digunakan untuk
meningkatkan spritualitas dan kualitas hidup seseorang di zaman Kali ini yang
mana ibu mantra ini mampu memberi energi postif pada diri seseorang karena
dalam ibu mantra ini telah mencakup seluruh intisari Weda. Dengan mengucapkan
mantra ini sebanyak tiga kali sehari secara rutin dan penuh dengan keyakinan
berarti seseorang tersebut telah melakukan ‘Bhakti’ yang luar biasa kepada ‘Brahman’
untuk menuju pada kemuliaan hidup (jiwa moksa). Tri Sandhya juga dapat dimaknai
sebagai sebuah proses penyucian diri untuk menghilangkan sifat-sifat negatif
yang disebabkan oleh pengaruh guna dan meningkatkan sifat-sifat positif
(Sattwam) dalam diri manusia sehingga tercipta kehidupan yang lebih baik,
tercipta keharmonisan dan keseimbangan baik dengan sesama makhluk maupun dengan
alam semesta. Seyogyanya kita sebagai umat Hindu tidak ada alas an lagi untuk
tidak memahami tentang Puja Tri sadhya dan memang menjadi kewajiban dan mutlak
untuk dilakukan setiap hari. Dengan mengetahui makna yang benar serta dengan
keyakinan dan keikhlasan kita bisa menjadi manusia yang mampu menolong diri
sendiri dari keadaan sengsara akibat sifat-sifat negatif “Guna”.
NB; Diadopsi dari berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar